“Bukti-bukti yang ada di Ciamis sudah diakui oleh para peneliti, karena itu pendapat beliau ini sangat tidak patut untuk disampaikan,” kata Aip.
Warga Turun ke Jalan Tuntut Ridwan Saidi Minta Maaf
Pada Jumat (14/2/2020), berbagai elemen masyarakat Ciamis turun ke jalan melakukan aksi kepedulian di Alun-alun Ciamis. Budayawan, kabuyutan, organisasi masyarakat, suporter sepakbola balad Galuh melakukan orasi mimbar bebas. Bahkan aksi ini dihadiri langsung oleh Bupati Ciamis Herdiat Sunarya dan Wakil Bupati Ciamis Yana D Putra.
Massa meminta Ridwan Saidi datang ke Ciamis untuk membuktikan ucapannya. Galuh yang diartikan brutal oleh Ridwan Saidi telah menyinggung masyarakat Ciamis. Massa juga melakukan penandatanganan pernyataan sikap dalam spanduk putih.
“Kita merasa tidak nyaman dengan ucapan Ridwan Saidi. Kenapa harus memakai bahasa Galuh itu brutal. Lalu menurut referensi Armenia, Armenia yang mana? itu juga tidak disebutkan, tidak jelas,” ujar perwakilan aksi, Andi Ali Fikri.
Andi meminta Ridwan Saidi minta maaf kepada warga Ciamis bila ucapannya tidak benar. Jika tidak ada klarifikasi dan permintaan maaf maka pihaknya akan melaporkan ke kepolisian.
Ridwan menepis protes warga Ciamis. Sewaktu dikonfirmasi detikcom, Kamis (13/2/2020), Babe Saidi mengaku tidak bermaksud mencemooh sejarah di Ciamis, Ia justru mengajak melakukan penelitian terkait sejarah Sunda Galuh.
“Saya enggak punya niatan lain, anak Betawi saya kritik abis-abisan. Ane enggak ada pamaksadan nu aneh-aneh enggak ada (saya tidak bermaksud yang aneh-aneh tidak ada),” ucap Babe Saidi saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Menurutnya, kata Galuh itu berasal dari bahasa Armenia yang berarti brutal. “Bukan dari saya, masa ngarang, saya enggak bisa ngarang-ngarang dong, yang bener aje,” ucap Babe Saidi.(dtk)