Terhitung mulai pukul 00.00 per 1 Januari 2015, harga bensin Ron 88 atau Premium, turun dari Rp.8.500 menjadi Rp.7.600 per liternya. Sesungguhnya ini bukan penurunan harga tetapi memang seharusnya demikian karena harga minyak dunia sekarang tengah merosot tajam. Bahkan harga Rp.7.600 masih terbilang mahal dan harusnya itu harga untuk Pertamax, bukan Premium.
Langkah Presiden Joko Widodo mengambil langkah “menurunkan” harga BBM ini ternyata tidak membuat DPR menghentikan langkah interpelasi yang per 1 Januari 2015 sudah ditandatangani 240-an lebih anggota DPR.
Sekretaris Fraksi Partai Golkar, Bambang Soesatyo menegaskan, kenaikkan harga BBM yang sebelumnya Rp.2000, kemudian hanya diturunkan Rp.900, tentu harga BBM masih mengalami kenaikkan sekira Rp.1.100.
“Anak SD juga tahu, naik Rp2.000 terus turun Rp900 ya tetap saja naik Rp1.100. Dikira rakyat kita masih bodoh kali ya. Penggalangan interpelasi akan terus berlanjut usai reses pertengahan Januari mendatang,” ujarnya seperti dikutip Republika Online.
Menurut Bamsoet, penggunaan hak interpelasi terhadap Presiden Jokowi akan tetap dilakukan, kendati terjadi penurunan harga BBM. Penurunan harga BBM yang hanya Rp.900 itu semakin mengkonfirmasi jika pemerintah sembarangan dan amburadul dalam tata kelola migas dan negara. “Walaupun kini diturunkan, namun kenaikan sebelumnya telah membuat harga-harga melambung tinggi dan mengorbankan rakyat,” tuturnya.
Seperti diketahui, “penurunan” harga BBM ini ternyata tidak lantas menurunkan semua harga kebutuhan pokok rakyat yang sudah terlanjur naik. Ongkos transportasi umum pun tidak turun. Itu sudah ditegaskan Organda kemarin. (rz)