Eramuslim.com – Muhammad Said Didu mendadak memberikan komentar terkait wacana perusahaan China dan Singapura yang berencana berinvestasi di Indonesia dengan membangun pabrik tekstil.
Mantan Sekretaris BUMN ini mempertanyakan tingkat nasionalisme dari mereka yang mematikan industri milik warga negara sendiri dengan memberikan skala dari 1 hingga 10.
“Kira-kira berapa bobot nasionalisme (1 sampai 10) orang yang mematikan industri milik warga negaranya?,” ujar Said Didu dalam keterangannya di aplikasi X @msaid_didu (28/6/2024).
Ia mengkritik bahwa salah satu cara untuk mematikan industri lokal adalah dengan mengundang investasi asing untuk menggantikan peran industri lokal.
“Mematikan industri lokal dengan mengundang orang asing menggantikannya,” tukasnya.
Said Didu juga mengungkapkan bahwa hal ini bukan pertama kali terjadi.
Menurutnya, sektor tambang, industri baja, dan semen sudah mengalami hal serupa.
“Ini sudah terjadi di tambang, industri baja, semen dll,” tandasnya.
Ia mengingatkan bahwa menggantikan industri lokal dengan perusahaan asing dapat berdampak negatif pada perekonomian dan kedaulatan industri nasional.
Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengumumkan rencana investasi perusahaan asing dalam pembangunan pabrik tekstil di Indonesia.
Deputi Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto, mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut berasal dari Cina dan Singapura.
Hingga saat ini, sudah ada 12 perusahaan yang berencana menanamkan modalnya dalam proyek pembangunan pabrik tekstil ini.
Meski begitu, Seto belum bersedia mengungkapkan nama-nama perusahaan yang akan berinvestasi.
Seto juga mengungkapkan bahwa pabrik-pabrik tekstil ini akan dibangun di beberapa lokasi di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Proyek ini diproyeksikan tidak hanya untuk meningkatkan produksi tekstil nasional tetapi juga untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat setempat.
(fajar)