Mendengar pernyataan jamaah itu, Habib Rizieq pun memaparkan alasannya keluar dari Indonesia. Menurut dia, keputusan dirinya keluar dari Indonesia sudah melalui suatu proses perjuangan yang sangat luar biasa. Mulai dari berbagai macam upaya teror, upaya menghalangi dakwahnya sampai upaya untuk membungkam dirinya.
Sebelum aksi 411, lanjutnya, upaya-upaya teror itu sudah berlangsung. Dimulai dari tembakan sniper ke kamar tidurnya, dua bom mobil yang diledakan pada saat ia tablik akbar di Cawang, hingga serangan-serangan bom molotov ke beberapa posko-posko FPI.
“Sampai-sampai setiap keluar dari rumah saya selalu pesan ke istri, saya keluar belum tentu pulang karena segala sesuatu bisa terjadi di jalan. Jadi kondisinya sudah seperti itu,” tutur Habib dalam video tersebut.
Tak hanya sampai disitu, teror dan ancaman terus diterima Habib. Bahkan, pesantrennya juga di kepung oleh aparat Brimob dengan dalih latihan. Padahal wilayah pesantren Habib itu bukan tempat latihan.
“Jadi itu semua teror. Saya pesan kepada istri dan anak kalau terjadi sesuatu yang darurat saya sudahkan siapkan pasport, saya bilang segera kalian tinggalkan Indonesia,” kata Habib.
Melihat deretan teror itulah, Habib mencium adanya upaya untuk menangkap dirinya. “Makanya saya segera keluar dari Indonesia. Sebetulnya sudah beberapa kali mereka ingin menangkap saya, tapi selalu gagal,” terang Habib.
Jadi artinya, lanjut Habib sebelum ia pulang, dirinya harus mempelajari terlebih dahulu semua segala kemungkinan. “Saya tidak mau kepulangan saya merugikan umat Islam, kalau saya yang rugi bagi saya tidak masalah, saya tidak mau perjuangan umat dirugikan,” tuturnya.