“Loh, ini IPA hafal Quran untuk apa? Emang bisa dikirim ke Mesir? Lalu dijawab oleh mereka, ‘Kami tidak mendidik mereka jadi ustadz, karena mereka sudah jadi ustadz semua. Tapi kami ingin mendidik mereka yang SMA IPA tapi hafal Quran, mereka yang akan menjadi kepala polisi, tentara, maupun angkatan bersenjata, mereka yang akan menjadi bupati walikota, anggota legislatif, yudikatif, dan lainnya.’,” katanya sembari menuturkan jawabab guru.
Ustadz Shomad menyebut, dengan menjadi pemimpin bangsa yang berlandaskan Al-Quran, maka setiap keputusannya adalah dakwah. Karena dakwah adalah mengajak kepada jalan Allah. Ia membandingkan peran ustadz ketika berceramah menolak kemungkaran, namun kemungkaran masih saja merajarela. Akan tetapi ketika di tangan penguasa yang shalih, hanya sebentar, kemungkaran itu terbongkar.
“Berapa lama ustadz ceramah, menolak kemungkaran tapi kemungkaran merajalela. Tapi penguasa tak lama, dan hanya sebentar, hanya butuh satu SK (Surat Keputusan), dan tanda tangan, semua selesai. Selama tanda tanganmu masih berlaku, pakailah menolong agama Allah. Lihat tanda tangan itu, jika ke atas, habis narkoba, jika ke bawah, habis pezina,” tutupnya.(kl/kbn)