Eramuslim.com – Ustadz Mashadi, aktivis Islam yang pernah menjabat sebagai Pemimpin redaksi Eramuslim.com dan kini menjabat sebagai Pemimpin Redaksi voa-islam.com jatuh sakit. Dia mengalami penyumbatan pembuluh darah di otak usai mengikuti aksi damai bersama ribuan kaum Muslimin, di Gedung KPK dan DPRD DKI guna menuntut penjarakan Ahok yang diduga kuat korupsi, Senin (4/4/2016).
Usai menggelar acara, dalam perjalanan pulang ke rumah, ia terjatuh dari sepeda motor dan ditemukan tergeletak di trotoar sekitar Tugu Proklamasi. Polisi yang sedang bertugas pun minta bantuan ambulance untuk mengantar, tapi Mashadi menolak. Ia ingin pulang naik motor saja. Tapi karena kondisinya tidak kuat, ia pun ditolong rombongan Gojek. Sepeda motornya ditinggal di Polsek Menteng, sedangkan Mashadi diantar ke Depok menggunakan Grabcar.
Saat azan isya, Mashadi tiba di rumahnya, kawasan RTM Depok. Istri dan anak-anaknya pun terkejut ketika rombongan tukang ojek online tergopoh-gopong mengantar Ustadz Mashadi yang jatuh sakit.
Ustadz Mashadi pun dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Tugu Ibu Depok. Pihak dokter spesialis syaraf menyarankan agar dirawat di High Care Unit (HCU), kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan.
“Kata dokter ada emboli, penyumbatan pembuluh darah di otak. Sekarang masih di IGD, kondisi kamarnya penuh,” ujar Ratna Mulyana, istri Mashadi kepada Relawan IDC.
Saat dibezuk Relawan IDC di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Fatmawati Jakarta Selatan, Ustadz Mashadi ditunggui istri dan kedua putrinya. Kondisinya masih tergolek lemah. Meskipun sudah sadar, tetapi ia belum bisa bicara. Tangannya bisa bergerak, namun kondisinya sangat lemah. Relawan IDC menyapa Ustadz Mashadi, namun ia hanya merespon dengan senyuman.
Ibu Ratna pun bercerita tentang kondisi Ustadz Mashadi detik-detik sebelum pergi melaksanakan aksi samai. Saat itu, Mashadi tengah melaksanakan puasa sunnah hari Senin. Ia berpamitan untuk berangkat meninggalkan rumah, dengan niat untuk melaksanakan aksi damai menyuarakan aspirasi umat Islam bersama ribuan kaum Muslimin ke gedung KPK.
“Beliau berangkat pagi-pagi dari rumah katanya mau ke KPK, katanya dia bilang ‘saya mau jadi korlap’ sempat saya bilang, sudahlah biar kasih kesempatan yang muda-muda saja. Dia waktu itu sedang puasa sunnah,” ujarnya, Selasa pagi (5/4/2016).
Sampai Selasa siang, Ustadz Mashadi masih tergolek lemah di ruang IGD RS Fatmawati. Kondisi kamar di RS Fatmawati yang penuh, membuatnya harus menunggu dan tak jelas kapan kepastian bisa masuk ruangan HCU dan kamar perawatan.
Ba’da zuhur, Ustadz Mashadi dipindahkan ke Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON) untuk mendapat perawatan yang memadai.
Mujahid pena
Ustadz Mashadi merupakan sosok aktivis Islam yang sejak muda telah mengabdikan dirinya untuk memperjuangkan Islam melalui pena tajamnya. Beberapa media yang pernah dipegang Pria kelahiran Bojonegoro, Jawa Timur, 12 November 1953 itu antara lain: Harian Abadi, Buletin Dunia Islam, Media Dakwah, Majalah Kiblat, Majalah SAKSI, Tabloid Suara Islam, dan masih banyak lagi.
Aktif di PII, Muhammadiyah dan Masyumi, mengantarkan ayah 10 anak ini dekat dengan para tokoh Islam nasional, antara lain M Natsir. Bahkan ia sempat menjadi sekretaris pribadi Mr Muhammad Roem.
Karena aktif di Buletin Dunia Islam itu pula, Mashadi sempat merasakan hidup di tahanan Orde Baru pada 20 Maret 1978. Sejak saat itulah, Mashadi mengisi hidupnya dari satu ke sel lain. Mula-mula dia ditahan di Satgas Intel yang sekarang jadi Kantor Departemen Agama. Dia juga pernah merasakan gigitan nyamuk di sel Polres Jakarta Pusat, lalu dipindah ke Polda Metro Jaya, terakhir ditahandi Kodam.
Memasuki era reformasi, Mashadi bersama teman-temannya mendirikan Partai Keadilan (PK, kini: PKS). Ia pun menjadi salah satu deklaratornya.
Wajar jika Mashadi ikut mendirikan PK. Sebab, dia termasuk sosok yang terbilang “sangat dekat” dan menyerap langsung beberapa tokoh besar Masyumi.
Satu hal yang ia pelajari dan teladani dari tokoh-tokoh Masyumi adalah komitmen terhadap perjuangan dan kesederhanaan mereka.
Dengan PK, nasib membawa Mashadi ke gedung DPR di Senayan. Dia terpilih menjadi anggota DPR dari daerah pemilihan Sumenep, Jawa Timur. Ia duduk di Komisi I DPR RI periode tahun 1999-2004.
Berbeda dengan lainnya, selama menjadi anggota DPR RI, boro-boro mobil mewah dan pakaian mentereng. Penampilan Mashadi sangat bersahaja. Tidak ada yang tampak beda dalam kehidupan bapak 10 anak itu, antara sebelum dan sesudah jadi anggota DPR. Di rumahnya, hanya diisi sebuah sepeda motor yang terpakir. Dengan kendaraan itu pula Mashadi beraktifitas.
Setelah tak lagi duduk sebagai anggota DPR, ia mengaku taubat tujuh turunan dengan demokrasi yang ia alami sendiri ketika menjabat sebagai anggota dewan.
Kini, Ustadz Mashadi yang bersahaja itu, tak ingin jauh dari dunia jurnalistik, khususnya media Islam. Ia duduk di kursi Pemimpin Redaksi media online Voice of Al-Islam (voa-islam.com).
Seperti dulu, jika ada rapat redaksi di kantor, Ustadz Mashadi selalu mengendarai sepeda motor atau naik kendaraan umum. Meski usia sudah lanjut, Ustadz Mashadi masih tetap semangat bila ada aksi umat Islam turun ke jalan. Hal itu terbukti, ia datang sendiri dengan mengendarai sepeda motor, dari rumahnya di Depok ke Jakarta yang jaraknya lebih dari 30 Km.
Peduli kasih sesama Muslim
Kabar sakitnya Ustadz Mashadi menjadi keprihatinan bagi umat Islam. Untuk itulah IDC berinisiatif menggalang dana untuk biaya berobat Ustadz Mashadi selama dirawat di Rumah Sakit.
Sebab, penderitaan seorang muslim, apalagi ia adalah tokoh pejuang Islam, merupakan penderitaan kita pula. Wajib bagi kaum Muslimin lainnya untuk membantu meringankan penderitaan tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
Dengan membantu saudara kita yang tertimpa musibah, insya Allah akan mendatangkan keberkahan, kemudahan dan pertolongan Allah di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُنْيَا نَفَّسَ الله عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَومَ القِيَامَةِ, و مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عَلَيهِ في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ, و مَن سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ, و الله في عَونِ العَبْدِ ما كان العَبْدُ في عَونِ أَخِيهِ
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa membantu seorang hamba selama hamba tersebut senantiasa membantu saudaranya…” (HR Muslim).
Donasi untuk membantu biaya pengobatan Ustadz Mashadi bisa disalurkan dalam program Infaq Darurat IDC:
- Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BNI Syari’ah, No.Rek: 293.985.605 a/n: Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri Syariah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.728.9 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a/n: Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank BCA, no.rek: 631.0230.497 a/n Budi Haryanto (Bendahara IDC).
CATATAN:
- Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 3.000 (tiga ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.003.000,- Rp 503.000,- Rp 203.000,- Rp 103.000,- 53.000,- dan seterusnya.
- Bila biaya pengobatan sudah tercukupi, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
- Info: 08567.700020 – 08999.704050
- PIN BB: 2AF8061E; BBM CHANNEL: C001F2BF0.
(ts)