Hal ini dilatarbelakangi atas keprihatinan MUI Solo tentang kehidupan umat dan toleransi atas perbedaan faham yang semakin kurang terjamin. Pasalnya pengajian umum atau tabligh akbar MTA yang hendak dilaksanakan dalam rangka mengukuhkan pengurus MTA di Blora, diserang oleh sekelompok massa mengatasnamakan dirinya warga Blora.
Penyerangan yang dilakukan secara membabi buta tersebut mengakibatkan 8 orang satgas MTA mengalami luka-luka dan harus dilarikan kerumah sakit. Selain itu, akibat penyerangan tersebut 7 mobil yang di gunakan oleh MTA menjadi sasaran pengrusakan kelompok massa. Tidak hanya itu saja, panggung pengajian yang baru didirikan pun di robohkan hingga kemudian di bakar oleh kelompok masa tersebut.
Mencermati kronologis kejadian dan berdasarkan keterangan-keterangan para saksi dan korban, Ustadz Drs. Ahmad Sukina selaku pimpinan MTA Pusat menjelaskan bahwa kelompok yang mengaku warga sebenarnya bukan warga setempat. Hal ini di ketahui berdasarkan kesaksian warga setempat beserta Hansip yang turut membantu berdirinya panggung pengajian tersebut.
Ustadz Sukina –sapaan akrab beliau- mensinyalir adanya indikasi pembiaran oleh kepolisian dalam tragedi serangan tersebut.
“Massa yang mengaku warga setempat datang dari berbagai arah dengan jumlah yang besar, dan menghujani satgas dengan batu, ada juga yang terkena senjata tajam padahal disana ada DALMAS (penjagaan polisi). Tenda yang kami dirikan juga dirobohkan dan dibakar, mobil-mobil dirusak”, ungkap Ust Sukina.
Padahal peristiwa tersebut berlangsung dalam waktu yang tidak singkat, tentunya jika dilakukan antisipasi dan evakusi tentu tidak akan jatuh banyak korban. Selain itu, Ustadz Sukina menuturkan bahwa ketika berlangsung peristiwa naas tersebut, beberapa mobil MTA dihadang dalam perjalanan menuju lokasi kejadian dengan alasan keselamatan. Pihaknya pun diminta untuk mengkondisikan para Satgas dan warga MTA untuk tidak melakukan perlawanan.
“Kami di himbau untuk tidak membalas serangan, dan kami pun diam tidak membalas serangan kelompok massa tersebut”, ujar beliau dengan nada kesal.
Sementara itu Kapoltabes Surakarta, Kombes Pol. Asjima’in yang juga turut hadir dalam acara buka puasa bersama tersebut menjelaskan bahwa setelah mendapat informasi atas kejadian tersebut, pihaknya lantas membangun komunikasi dengan Kapolres Blora. Pihaknya juga menyatakan tidak ada pembiaran dalam peristiwa tersebut.
“Pembiaran itu tidak ada”, kilahnya dalam jumpa pers itu.
Sementara itu, hingga kini belum ada satupun diantara pelaku yang dinyatakan sebagai tersangka. Hal ini mengindikasikan lemahnya penegakan hukum dan kinerja kepolisian yang buruk dan mengecewakan. Tentu saja hal tersebut tidak sesuai dengan slogan polisi yang sering ditampilkan dan digembar-gemborkan yaitu melindungi dan mengayomi masyarakat. (asg/Kru FAI)