Wakil Ketua Umum Partai Golkar (PG) Agung Laksono akhir-akhir ini mulai menggeser peran Ketua Umum PG Jusuf Kalla. Persaingan politik keduanya kini sudah tidak bisa lagi ditutup-tutupi, dan Agung tampaknya makin terang-terangan dalam memposisikan dirinya sebagai penyeimbang kekuatan Jusuf Kalla di Golkar.
‘’Para inner circle Jusuf Kalla merupakan kelompok yang paling gerah terhadap manuver-manuver Agung, mereka khwawatir sepak terjang wakil ketua umum Golkar ini kalau dibiarkan, bisa menjatuhkan pamor JK,’’ ujar sumber di internal yang tak mau disebutkan namanya, di kantor DPP PG Slipi, Jakarta Barat, Rabu (11/2).
Menurutnya, Agung saat ini terus lakukan penggalangan kekuatan dan memperkokoh jaringan dengan menempatkan orang-orangnya di eksekutif dan legislatif.
Keberhasilan Agung, yang juga Ketua DPR adalah menjadikan Paskah Suzetta sebagai Meneg BPN/Kepala Bappenas nampaknya semakin menguatkan hasratnya untuk menggolkan salah satu calon anggota DPR dari Jabar untuk menempati posisi Ketua Komisi XI DPR guna menggantikan posisi Paskah. Konon tokoh yang akan didukung Agung adalah Airlangga Hartarto. Semua upaya itu dalam rangka pencalonannya sebagai wapresnya SBY dalam pilpres 2009.
Sebenarnya, kata dia, wajar bila saja Agung Laksono lakukan itu semua, termasuk angan-angannya yang merasa di atas angin dan yakin bisa menang dalam persaingannya dengan JK pada 2009. Karena, di satu sisi, usia Jusuf Kalla pada 2009 sudah mencapai 68 tahun sehingga tidak memungkinkannya untuk tampil sebagai capres. Di sisi lain, kalaupun JK mau jadi cawapresnya SBY lagi, itu juga tidak mungkin, karena dari segi kepatutan, tak pantas ketua umum partai terbesar mau jadi ban serep.
‘’Dari pertimbangan itulah mungkin Agung merasa dirinya yang paling memungkinkan. Apalagi dia menduduki posisi penting yakni sebagai Ketua DPR dan Wakil Ketua Umum Golkar. Posisinya sebagai Ketua DPR sangat memudahkan dia untuk konsolidasi dengan presiden SBY. Itulah kelebihan Agung disbanding tokoh yang lain,’’ terangnya.
Wakil Sekjen Golkar Priyobudi Santoso saat dikonfirmasi, membantah semua sinyalemen tersebut. Menurutnya, tak benar ada dua nahkoda di Golkar. Ketua Umum Golkar masih Jusuf Kalla sedangkan tokoh-tokoh Golkar yang lain dalam posisi kepemimpinan kolektif partai yang saling menguatkan.
‘’Tak ada matahari kembar di Golkar. Orang-orang penting Golkar seperti Agung Laksono dan Surya Paloh selalu bersinergi untuk membangun kepemimpinan kolektif. Saya tak lihat Agung Laksono lakukan maneuver politik untuk tinggalkan kepemimpinan kolektif,’’ aku Priyo.
Dijelaskannya, pada 2008 nanti bisa saja muncul situasi yang sangat dramatis. Tetapi kalau pada saat ini belum terlihat adanya pergesekan-pergesekan politik yang mempengaruhi dan mengakibatkan perselisihan.
‘’Saya tidak melihat Agung Laksono melakukan gerakan-gerakan yang bersifat untuk menggalang kekuatan dalam rangka 2009. Saya juga tidak melihat Agung memposisikan diri sebagai penyeimbang kekuatan Kalla di Golkar. Sebagai salah satu Ketua MKGR, saya berkepentingan untuk menjaga ekuilibrium politik dan keseimbangan di Golkar,’’ sambung Priyo, yang juga Wakil Ketua Komisi II DPR itu.