Uni Eropa: Bantuan untuk Suriah bukan berarti normalisasi

Eramuslim.com – Juru bicara utama untuk urusan luar negeri Uni Eropa Peter Stano membantah bahwa pengecualian baru-baru ini dari sanksi-sanksi Uni Eropa terhadap rezim Suriah merupakan pintu gerbang menuju normalisasi.

Sanksi-sanksi Uni Eropa di Suriah dirancang agar tidak menghalangi bantuan kemanusiaan dan hanya menargetkan rezim Bashar Asad dan mereka yang mendukungnya, kata Stano kepada situs The New Arab (3/3/2023).

“Sebagian besar sektor ekonomi, termasuk makanan, obat-obatan dan peralatan medis, tidak terkena sanksi,” katanya, seraya menambahkan bahwa Uni Eropa telah mengubah kerangka kerja sanksinya terhadap Suriah untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan dan medis yang cepat setelah gempa bumi dahsyat pada 6 Februari.

Gempa bumi besar menghancurkan sebagian besar wilayah tenggara Turki dan barat laut Suriah dan sejauh ini telah menewaskan sekitar 50.000 orang.

Stano mengatakan bahwa pengecualian tersebut merupakan tindakan sementara dan terkait dengan aspek tertentu, dan tidak ada hubungannya dengan normalisasi hubungan antara negara-negara Eropa dan Asad.

Ia menekankan bahwa posisi Uni Eropa terhadap rezim Suriah tetap sama, rezim ini tidak memiliki legitimasi dan ini bukanlah waktu yang tepat untuk menormalisasi hubungan.”

Menjawab pertanyaan apakah pesawat-pesawat Uni Eropa yang membawa bantuan dan mendarat di Bandara Damaskus untuk pertama kalinya akan mencabut sanksi dan memungkinkan kerja sama ekonomi dengan rezim di masa depan, Stano menegaskan bahwa hal itu tidak terjadi.

“Bantuan kami tidak dikirim atau didistribusikan oleh rezim dan proksinya, dan kami menggunakan badan-badan PBB dan organisasi kemanusiaan terpercaya untuk memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan,” kata Stano.

Asad, yang sebagian besar terisolasi selama lebih dari satu dekade sejak menumpas protes antipemerintah dengan kekerasan pada 2011, telah menggunakan bencana alam tersebut sebagai cara untuk memperbaiki hubungan dengan negara-negara Arab yang telah membekukan hubungan dengan rezimnya.

Negara-negara Arab telah mengirimkan delegasi tingkat menteri ke Damaskus untuk bertemu dengan Asad, saat pemimpin rezim Suriah ini juga telah mengunjungi negara-negara seperti Uni Emirat Arab dan Oman.

Konflik Suriah diyakini telah menewaskan lebih dari setengah juta orang dan membuat setengah dari populasi Suriah sebelum perang mengungsi.

[sumber: arrahmah]