Ramadhan merupakan bulan di mana Allah ta’aala wajibkan berpuasa, dan pada 17 Ramadhan itu pula Al-Quran sebagai petunjuk umat Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril.
Terkait amaliyah Ramadhan, Menteri Agama M. Maftuh Basyuni mengingatkan, umat Islam agar mempelajari dan menggali Al-Qur’an yang tak terbatas dalam konteks bacaan, akan tapi lebih pada pemahaman terhadap kandungan Al-Qur’an tersebut.
“Sebagai kitab suci bagi masyarakat yang berkebudayaan dan berperadaban maju, maka Al-Qur’an di dalamnya terdapat ayat kealaman (sciences), yang dapat dijadikan pedoman, motivasi, dan etika dalam berbagai rekayasa masyarakat (social engenering), rekayasa teknik (technical engenering), katanya pada peringatan Nuzulul Qur’an 1429 H di Masjid Agung Baitussalam, Purwokerto, Jawa Tengah, Rabu malam.
Menurutnya, rekayasa masyarakat dimaksudkan sebagai penciptaan tatanan kemasyarakatan sesuai dengan kondisi obyektif setiap komunitas masyarakat, dengan tetap bersendi kepada prinsip umum yang ditetapkan di dalam Al-Quran.
Maftuh mengatakan, sebenarnya substansi ajaran Al-Quran tidak dimaksudkan untuk menciptakan masyarakat yang seragam di seluruh belahan bumi sepanjang masa, akan tetapi memberi prinsip umum yang memungkinkan adanya pola keseimbangan hidup di dalam masyarakat.
“Semua itu pada gilirannya dapat tercipta suasana ketentraman di bawah ridhaAllah mewujud di masyarakat, yaitu Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur, ” ujarnya.
Di samping itu, Menag menyatakan, Al-Qur’an memiliki karakteristik khas dan beda dengan dokumen lain yang merupakan kreasi manusia. Al-Qur’an memiliki dimensi historis, ruang dan waktu yang berbeda. Karena itu, bacaan terhadap Al-Qur’an membutuhkan pengetahuan yang bersifat interdisipliner, terutama dalam upaya menggali makna-makna yang terkandung di dalamnya.
Secara epistomologis, lanjutnya, Al-Qur’an merupakan kalam Ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Di mana salah satu fungsinya sebagai petunjuk bagi manusia, hudan li al-Nas dan orang-orang yang bertaqwa, terutama untuk membedakan antara yang baik dan buruk.
Dalam kesempatan itu, Maftuh juga menyebutkan bahwa saat ini Depag telah berhasil melakukan penyempurnaan tafsir Al-Qur’an yang dikerjakan selama lima tahun. Sebanyak 30 juz dapat dibukukan sebanyak 10 jilid.
Secara terpisah, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin mengungkapkan rasa senang karena semakin banyak orang yang “back to Al-Quran.”
“Kini makin banyak Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) yang didirikan di kampung-kampung, bahkan Al-Quran juga banyak dijadikan mahar, ” katanya ketika menyampaikan tausiyah usai salat tarawih di masjid kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Din juga menyebutkan, saat ini semakin banyak ilmuwan menjadikan Al-Quran sebagai sumber sains yang dikaitkan dengan ilmu pengetahuan mereka masing-masing.
“Para ilmuwan tersebut mengaitkan Al-Quran dan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, ” ujarnya. (novel/dpg)