Badan Silaturahmi Ulama Pesantren Madura (Bassra) menolak wacana relokasi jemaah Syiah Sampang keluar dari Madura. “Kami nilai tidak perlu direlokasi,” kata Sekretaris Bassra, Badrut Tamam, Kamis, 6 September 2012.
Menurut Sekretaris Fraksi Kebangkitan Bangsa DPRD Jawa Timur ini, yang perlu direlokasi cukup penyebar ajaran Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Tajul Muluk dan keluarganya. Sedangkan para jemaahnya, kata Badrut, hanyalah masyarakat awam yang menjadi korban ajaran sesat. “Tajul sebaiknya dicarikan tempat terbaik yang cocok untuk keyakinannya,” ujarnya.
Badrut yakin, dengan merelokasi Tajul, gejolak kemanusiaan di Nangkernang tidak akan terulang. Meski faktanya, setelah penyerangan pertama pada komunitas Syiah Sampang pada 29 Desember 2011 silam, Tajul dan seluruh keluarganya sudah diungsikan ke Malang dan Sidoarjo, tetap saja terjadi penyerangan pada 26 Agustus 2012 lalu.
Menurut Badrut, rencananya, setelah kasus Nangkernang selesai, Bassra akan rutin mengirim kiai untuk memberikan pencerahan kepada pengikut Syiah di Nangkernang. “Kami yakin cara ini akan berhasil mengkondusifkan Sampang lagi,” ujarnya.
Tapi, seorang pengungsi Syiah, Alimullah, menegaskan, tidak akan pindah ke Sunni dengan desakan apa pun. “Keyakinan tidak bisa ditawar,” ujarnya tegas.
Sementara, meski dilarang pulang ke Nangkernang untuk sementara waktu, salah seorang pemuka Syiah Sampang, Iklil Almilal, mengaku sempat pulang dari pengasingannya di Sidoarjo tiga hari sebelum bulan Ramadan lalu. Menurut Iklil, yang melarang pulang adalah Pemerintah Kabupaten Sampang dan Kepolisian Resor Sampang. “Saya kangen sama anak saya, saya puasa di sini,” katanya.(fq/tempo)