Dosen Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Dr H. Rahman Dahlan menegaskan, meskipun Pakistan adalah negara Islam, namun tragedi politik yang terjadi di negara tersebut jangan dikaitkan dengan Islam.
"Kejadian tersebut murni masalah perebutan kekuasaan yang terjadi di sana. Jadi harus dilepaskan dari tradisi Islam dalam berpolitik. Kejadian itu murni bersumber dari perebutan kekuasaan yang jauh dari semangat perebutan kekuasaan yang elegan, " katanya menanggapi tewasnya tokoh oposisi di Pakistan Benazir Bhutto dalam serangan bom bunuh diri usai menggelar kampanye, Kamis (27/12).
Menurutnya, dalam berbagai kejadian sering ditemukan, bahwa orang yang berebut kekuasaan, mereka lupa beragama. Sama halnya dengan di Indonesia saat orang korupsi maka mereka lupa punya agama. Mereka lebih mengedepankan nafsu kekuasaan yang mereka incar, ketimbang pertimbangan rasional sebagai hamba Allah yang punya agama.
Rahman Dahlan menyebutkan kejadian yang terjadi di Pakistan adalah gambaran umum sebuah negara menuju demokrasi yang sebenarnya, dan hal itu membutuh waktu yang cukup lama. "Pakistan sendiri saat ini menuju era transisi berdemokrasi, dan itu bisa terjadi di mana saja. Apakah itu negara Islam, Kristen, ataupun Budha, "ujarnya.
Ia meminta tragedi Pakistan jangan dikaitkan dengan pelajaran sejarah di masa Khulafaur Rasyidin. Sebab, basisnya jelas-jelas beda. Namun yang perlu dilakukan adalah bagaimana mengembalikan semangat politik itu, sehingga tidak jauh dari nilai-nilai agama yang dianut.
Dalam pandangannya, umat Islam sendiri selalu siap untuk berdemokrasi. Tinggal bagaimana umat Islam juga menyadari bahwa untuk berdemokrasi sebagaimana yang diterapkan di barat selama ini butuh waktu yang sangat lama, bahkan hingga ratusan tahun.
Rahman menyatakan bahwa politisi muslim terjebak pada politik kekuasaan yang bersumber pada ajaran Nicolo Machiaveli, yang dikenal dengan sebutan Machiavelis. Kondisi perpolitikan memang begitu adanya, adalah wajar dalam berpolitik orang berebut mendapatkan apa dan dari siapa.
Tradisi demokrasi itu sendiri, lanjutnya, masih banyak yang belum diakrabi oleh umat Islam. Bahkan termasuk di beberapa negara yang mayoritas penduduknya Islam, mereka masih hidup dalam alam kerajaan.
"Karena itu janganlah dikaitkan fenomena kekerasan di berbagai negara dengan agama yang dipeluk mayoritas penduduknya, "tandasnya.(novel)