Datang ke Indonesia, tokoh liberal Abdullah al-Na’im tidak saja menjajakan ide-ide sekuler Barat, ia juga mempromosikan kehidupan khas Barat. Selama berkunjung ke Indonesia, Al-Naim ternyata terbiasa minum bir.
“Teman saya, panitia acara itu, kecewa dengan sikap al-Na’im. Ketika jamuan malam di hotel tempat dia menginap, rupanya dia biasa minum bir. Teman saya itu betul-betul kaget dan kecewa, ” ujar Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis.
Ironisnya lagi, katanya, sikap yang ditunjukkan pemikir liberal dari Emory University, Atlanta, Georgia, U. S. A. tidak simpatik di depan umum. Misalnya, ketika jamuan malam, Al-Naim malah mengenakan celana pendek. ”Teman saya bilang dia sangat malu, ” tegasnya.
Karena itu, sambung guru besar bidang sejarah Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, banyak pihak yang menolak kehadiran al-Na’im. ”Saat datang ke UIN, Bu Huzaemah (Prof. Dr. Huzaemah Tahido Yanggo, ahli fiqh dan anggota MUI, red) bilang kepada al-Naim, Anda tidak perlu mengajari kami tentang bernegara dan bersyari’at. Kami punya cara sendiri, dan itu tidak mengganggu negara. Anda sendiri tidak punya negara, ” papar Amany menirukan.
Sementara itu, Dr. Fahmy Hamid Zarkasyi, peneliti Institute for The Study of Thought and Civilization (INSIST) menyatakan, al-Na’im tidak saja mengejek kita tentang bernegara dan bersyari’at Islam. Tapi, katanya, ia juga tidak mengakui adanya institusi ulama dan syari’ah dalam Islam. ”Ia betul-betul liberal kaffah. Ini tantangan yang harus kita hadapi, ” ujar Hamid.
Hamid mengungkapkan, ketika al-Naim dipanelkan dengan juru bicara Hizbut Tahrir Ismail Yusanto, Al-Naim menyebut Ismail Yusanto tidak mengerti masalah yang dibahas dalam buku karyanya. (rz/dina)