Pasukan TNI yang membantu penaganggulangan luapan Lumpur panas Lapindo Brantas tidak akan ditarik, pascaledakan pipa gas di tanggul penahan luapan lumpur panas PT Lapindo Brantas Rabu (22/11) malam, sekitar pukul 20.30 wib. Ledakan yang terjadi di kilometer 38 ruas tol Gempol itu, menelan korban anggota TNI.
Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (23/11) mengatakan, pasukan TNI tetap diperbantukan untuk membantu melakukan evakuasi terhadap masyarakat sekitar yang terkena dampak lumpur Lapindo.
”Sampai saat ini baru dua korban meninggal dari TNI yang ditemukan, dan 1 masih belum ditemukan,” tandasnya.
Lebih lanjut Panglima menyatakan, pihaknya akan memberikan santunan kepada keluarga korban anggota TNI yang meninggal saat menjalankan tugasnya, serta menyampaikan duka yang mendalam atas musibah yang terjadi.
Ditemui secara terpisah Anggota Komisi III DPRRI FPKS Al-Muzzamil Yusuf meminta kedua pihak baik Pertamina maupun PT. Lapindo Brantas tidak saling lempar tanggung jawab untuk menyelematkan para korban akibat ledakan pipa gas yang diduga milik Pertamina itu.
“Kalau belum ketemu siapa yang bertanggung jawab, jangan Pertamina dorong Lapindo, Lapindo dorong Pertamina, yang menjadi korban kasihan,”ujarnya.
Menurutnya, sambil mencari penyebab terjadi ledakan, sebaiknnya Pertamina dapat mengambil alih untuk membantu para korban, namun jika hasil penyelidikan akhir Lapindo terbukti penyebabnya, maka Lapindo harus bertanggung jawab mengganti kerugiannya.
Tim SAR bersama aparat TNI dan relawan terus mencari para korban yang belum ditemukan, untuk mempercepat pencarian korban Badan SAR nasional pukul 06.30 pagi menerjunkan satu helikopter. (novel)