TNI tidak akan mengambil resiko sekecil apapun dalam mengamankan kedatangan Presiden Amerika Serikat George W. Bush saat tiba di Indonesia tanggal 20 November mendatang, sehingga metode gelaran dan jumlah kekuatan pasukan yang akan dikerahkan tetap menjadi unsur kerahasiaan.
Demikian disampaikan oleh Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksamana Muda Muhammad Sunarto dalam jumpa pers, di Balai Wartawan, Puspen TNI, Jakarta, Kamis (16/11).
"Pengamanan fisik sudah disiapkan, Saya tidak akan menyampaikan secara detail kekuatan dan metode gelaran karena ini sifatnya rahasia, tetapi masyarakat harus yakin sebagai tuan rumah kita harus mengamankan keselamatan tamu seoptimal mungkin, aman tidak itu menyangkut reputasi bangsa," tandasnya.
Menurutnya, kekuatan yang disiapkan oleh TNI akan disesuaikan dengan kebutuhan dan standar pengamanan untuk VVIP, yang akan berlaku sama bagi setiap Kepala Negara dan tidak akan berlebihan.
"18 ribu pasukan itu terlalu besar, itu jumlah pasukan Marinir secara keseluruhan, kita menyiapkan dengan jumlah memadai untuk menjalankan tugas itu," ujarnya yang tetap tidak mau menyebutkan jumlahnya.
Lebih lanjut Sunarto menegaskan, pengamanan tersebut diperketat dalam rangka mewaspadai indikasi adanya ancaman teror saat kedatangan Presiden Bush, sebagaimana laporan dari analisa perkiraan intelijen. Oleh karena itu dalam menjalankan tugas pengamanan TNI bersama Polri akan berada pada ring terdepan.
Mengenai rencana pengacakan sinyal telepon selular pada saat kedatangan Bush, Kapuspen berharap hal itu tidak benar-benar terjadi, sebab seluruh masyarakat butuh berkomunikasi.
Sementara itu ketika disinggung mengenai besaran dana yang dialokasikan untuk pengamanan kedatangan Bush, Sunarto menyatakan, dana tersebut diambil dari anggaran rutin TNI, dan tidak mendapat bantuan sedikit pun dari Pemerintahan AS.
"Tidak etis kalau kita sampaikan jumlahnya di sini, kita ini negara besar memiliki prestise tinggi, besar kecil tidak usah dipermasalahkan," tukasnya. (novel)