Isu jihad di tanah air menyusul serangan Israel ke Libanon, menghambat perjalanan tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang ingin menyampaikan bantuan kemanusiaan bagi warga Libanon dan Palestina.
Hal tersebut disampaikan anggota tim ACT, Eko Yudho Pramono dalam keterangan persnya di MP Book Point, Jakarta, Selasa (22/8). “Keberangkatan kami bukan saat yang tepat, karena bersamaan dengan isu jihad yang dihembuskan oleh FPI dan MMI, sehingga perjalanan kami bertiga banyak mengalami hambatan karena harus diinterogasi oleh interpol Yordania,” jelasnya.
Menurutnya, tidak ada niat sama sekali untuk mempergunakan uang dari masyarakat untuk membeli senjata dan amunsi, dana yang dibawa dari Jakarta seluruhnya akan digunakan untuk membantu masyarakat di Libanon dan Palestina.
Lebih lanjut Eko Yudho menjelaskan, dengan bantuan dari asosiasi profesional lokal yang terdiri dari tenaga medis, dosen dan ilmuwan serta ulama terkenal di Libanon Syekh Faishal Al-Mawlawi, tim ACT akhirnya dapat mendistribusikan dua kontainer bantuan kemanusian yang terdiri dari 16 jenis kebutuhan pokok dan obat-obatan.
“Kami juga mendapat bantuan dari Pramuka Jordan untuk membuat paket bantuan kemanusian untuk satu keluarga, yang dapat mencukupi kebutuhan dalam waktu satu pekan, yang masing-masing senilai 15 dolar,” ungkapnya.
Selain itu, dua lembaga kemanusiaan lokal di Yordania Jamiah Nakobat (Assosiasi dari berbagai profesi) dan Al-Munashara Islamic Zakat for Palestinian People, juga menjadi mitra dan membantu tugas tim ACT dalam menyampaikan dana kemanusiaan dari masyarakat Indonesia yang nilainya mencapai 1,2 milyar rupiah.
Eko menambahkan, tim ACT tidak pernah menyerah meskipun dalam aksi bantuan mereka yang pertama banyak mengalami hambatan, dan kedepan timnya berencana untuk memberikan bantuan kemanusian dengan nuansa yang berbeda, misalnya berbuka puasa dengan para pengungsi Libanon.(ln/novel)