Eramuslim.com – Rakyat Jakarta tidak bisa menerima kebijakan Basuki T. Purnama yang melakukan penggusuran. Apalagi, Ahok malah menegaskan tahun ini dia akan menggusur warga di 325 lokasi.
Karena itu warga Ibukota menolak Ahok kembali memimpin. Tapi herannya, masih ada partai yang mendukungnya pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 ini.
“Warga yang marah telah mengkristal menjadi perlawanan di mana-mana. Warga itu menginginkan gubernur mendatang bukan lagi Ahok. Tapi apa yang terjadi? Ahok malah didukung kembali partai yang mencitrakan diri sebagai partainya wong cilik, yaitu PDIP,” jelas Direktur The Indonesian Reform Institute, Syahrul Efendi Dasopang, (Sabtu, 24/9).
Saat situasi seperti itu, partai-partai yang lain bukannya mencalonkan figur alternatif, malahan mengusung calon yang setali tiga uang dengan Ahok.
“Akibatnya, warga seolah diredam geliat radikalismenya. Mereka sama sekali tidak lagi punya figur harapan yang dapat menampung harapan terdalam mereka. Jelas sekali terlihat elite politik itu bersekongkol meredam amarah rakyat kendatipun mereka seolah saling berhadapan,” ucapnya.
Menurutnya, elite politik hanya menipu rakyat dengan menyajikan dua pasangan calon yang ditetapkan secara dadakan. “Akhirnya rakyat menyadari pilkada hanyalah pertarungan antar konglomerat dengan mengorbankan nasib rakyat,” tegasnya.
Pasalnya, baik kubu Demokrat PPP, PKB, dan PAN yang mengusung Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan PKS dan Gerindra yang menyokong Anies R. Baswedan-Sandiaga S. Uno pada hakikatnya menginginkan Ahok tetap jadi gubernur.
“Paslon di luar Ahok hanya kamuflase saja untuk menunjukkan seolah-olah mereka berkompetisi memperjuangkan kehendak rakyat. Paslon Agus – Silvia Murni jelas setengah hati. Paslon Anies-Sandi Uno hanya pura-pura,” tandasnya. (ts/rmol)