Eramuslim.com – Akhirnya kabar yang dinanti para pelaku pasar datang juga. Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Janet Yellen mengusulkan tingkat suku bunga akan dinaikkan dalam tahun ini, untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun terakhir. Yellen berbicara kepada para wartawan pada Rabu (17/6) waktu setempat setelah pertemuan dua hari Komite Pasar Bebas Federal atau FOMC.
Yellen mengatakan, ekonomi mengalami peningkatan pada awal tahun ini, namun FOMC memperkirakan adanya pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) secara moderat. Menurut Yellen, FOMC telah menyimpulkan kondisi yang memugkinkan adanya peningkatan masih belum tercapai.
Dikatakan Yellen juga, kisaran target untuk tingkat dana federal akan dinaikkan jika FOMC telah menyaksikan perbaikan di pasar tenaga kerja dan yakin inflasi akan kembali ke target 2% dalam jangka menengah.
Apa yang diungkapkan Yellen itu seakan mengonfirmasi hasir survei yang dilakukan jaringan media CNBC, yang dilansir hari Rabu juga. Dalam survei itu, 92 persen partisipan memprediksi The Fed akan mulai menaikkan suku bunganya tahun ini.
“Ekspektasi kami adalah The Fed akan mengulangi keinginan menaikkan suku bunga tahun ini dan memberikan sinyal The Fed akan menaikkan suku bunga selama dua kali,” ungkap Manajer Porfolio Western Asset Management, John Bellows, sebagaimana dikutipCNBC. Bahkan, Bellows juga memprediksi, The Fed akan menaikkan suku bunga selama empat kali pada tahun depan. Itu semua akan dilakukan jika The Fed benar-benar menaikkan suku bunga selama dua kali tahun ini. “Saya rasa tak ada yang berubah, dua kali kenaikan pada 2015 dan empat kali tahun depan,” katanya.
Bellows mengungkapkan, itu merupakan bentuk konsistensi dari apa yang dilontarkan The Fed ke pasar sepanjang tahun ini. Hanya beberapa pekan lalu sejak Yellen memberikan sinyal kuat mengenai rencana kenaikan suku bunga tahun ini.
Di Indonesia, kenaikan suku bunga The Fed itu jelas akan memberikan dampak besar. Nilai rupiah akan kembali tertekan dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia dipastikan akan melorot lagi. Karena, akan ada penarikan dana besar-besaran dari investor untuk kemudian dialirkan ke Amerika Serikat, mengingat surat berharga dan instrumen investasi lainnya di Amerika Serikat akan menjadi lebih menarik dengan naiknya suku bunga acuan itu.
Kemungkinan Indonesia mengalami resesi yang cukup parah pun akan menjadi besar. Karena, dalam setahun ini saja sudah terlihat suku bunga pinjaman relatif naik, nilai tukar rupiah jeblok, bursa saham anjlok, pertumbuhan kredit melemah, dan harga berbagai komoditas merosot.
So? Tenang saja. Bukankah kita punya presiden yang dijuluki majalah Time sebagai “New Hope” alias ‘harapan baru’?(rz/pribuminews)