Eramuslim.com – (1). Apa yg menyebabkan kerajaan Granada, sbg salah satu kerajaan Islam terkuat di Eropa, akhirnya runtuh?
(2). Jawaban pastinya adalah karena serangan musuh.
(3). Tapi serangan musuh tentu tidak serta merta dilakukan begitu saja. Banyak faktor yg harus diperhitungkan. Salah satunya adalah ‘timing’ yg pas.
(4). Utk mengetahui kapan ‘timing’ yg pas, raja Ferdinand dari Aragon perlu mengutus mata2.
(5). Yg dilakukan sang mata2 cukup sederhana : pantau ‘ocehan’ masyarakat Granada.
(6). Satu waktu ia melihat anak kecil menangis. Dihampirinya sang bocah dan bertanya ttg apa yg menyebabkannya menangis?
(7). “Aku menangis karena anak panahku tidak tepat sasaran”, jawab sang bocah. “Bukankah kamu bisa mencobanya lagi?”, kata sang mata2.
(8). Jawaban sang bocah cukup mengejutkan. “Jika satu anak panah saya gagal mengenai musuh, apa mungkin musuh memberi saya kesempatan utk memanahnya lagi?”
(9). Mendengar ‘ocehan’ bocah tsb, sang mata2 menyarankan raja Ferdinand utk tidak menyerang Granada saat ini. Anak kecilnya aja begitu, gimana org2 tuanya?
(10). Bbrp tahun kemudian sang mata2 kembali ke Granada dan dilihatnya seorang dewasa yg sedang menangis.
(11). “Mengapa kau menangis?” tanya si mata2. “Kekasihku meninggalkan aku”, jawab si org dewasa tsb.
(12). Maka sang mata2 merekomendasikan inilah ‘timing’ yg tepat utk melakukan penyerangan.
(13). Tidak butuh lama, Granada sbg benteng terakhir kaum muslimin di Eropa, dapat dikuasai dgn mudah.
(14). Puncak malapetaka bagi kaum muslimin Granada adalah dgn dibentuknya lembaga Inguisition (inkuisisi, pengadilan yang dibentuk oleh dewan gereja). Pilihannya hanya 2 : menerima ajaran katholik atau dibantai.
(15). Maka tamatlah riwayat kaum muslimin di Andalusia, dan Eropa secara keseluruhan.
(16). Mungkinkah tragedi Granada terulang di negeri kita? Bisa iya, bisa tidak. Tergantung apa ‘ocehan’ kita.
(17). Saya teringat sebuah ceramah dari ‘Da’i Sejuta Ummat’, (alm) KH. Zainuddin MZ. Beliau katakan: “Allah memang menjamin bahwa Islam akan terus ada di muka bumi hingga akhir zaman; namum Dia tidak menjamin bhw Islam akan terus ada di Indonesia.”
(18). Spt mata2 di Granada dulu, musuh2 Islam saat ini jg sedang memata-matai kita. Menunggu ‘timing’ yg pas.
(19). Bahkan kini mrk tak perlu repot2 terjun langsung ke lapangan utk mengetahui isi ocehan dan obrolan kita.
(20). Cukup pantau sosial media dan simak tema2 apa yg menjadi concern kaum muslimin.
(21). Utk saat ini bolehlah kita bernafas lega. Namun tetap bersiaga.
(22). Bahwa disaat MU kalah telak oleh Chelsea, kita masih ‘ngoceh’ soal penindasan saudara kita di Suriah dan Palestina.
(23). Bahwa tatkala valentino rossi terjatuh, kita masih ‘ngoceh’ ttg qur’an yg dinistakan.
(24). Bahwa ditengah dukungan terhadap adik Rachel di Voice Kids Indonesia, kita juga semangat mendukung petisi2 online yg digalang utk memenjarakan ahok.
(24). Ini tanda dan mjd pesan bagi musuh bhw ghiroh jihad itu blm luntur dari dada kaum muslimin.
(25). Apalagi kemudian terbukti bhw kita tidak sekedar besar ngoceh di sosial media, tapi juga wujud di dunia nyata.
(26). Jutaan kaum muslimin, tidak hanya di Jakarta, tapi di berbagai tempat hadir dalam aksi-aksi pembelaan terhadap kehormatan agama yg dilecehkan, dan puncaknya insya Allah pada 4 November nanti.
(27). Ini jelas membuat musuh ketar-ketir meski di back up kekuasaan sekalipun.
(28). Apalagi setelah ustadzuna, KH. Tengku Zulkarnain (wasekjen MUI) menyampaikan ‘ocehan’ nya: “Wahai Para Penjilat dan Penjual Agama! Berhenti lah Menghina Kami Umat Islam. Nanti Jika Kami Teriakkan JIHAD AKBAR, Kalian Musnah.”
(29). Maka jangan anggap remeh meski sekedar ‘mengoceh’ di dunia maya utk membela Islam. Krn bisa jadi inilah yg membuat mrk berfikir ulang utk menyerang kita. #Granada
(30). Ini ocehanku mana ocehanmu?
Ocehan karyawan yg terjepit di KRL.
I like monday
31/10/2016
–ERWIN-
(ts/ppy)