Aksi terorisme yang banyak terjadi pada terakhir ini sebagai akibat akumulasi beberapa faktor di antaranya, kesalahan persepsi terhadap agama Islam. Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (25/1)
"Faktor pertama adalah kesalahan persepsi terhadap agama itu sendiri. Jadi mungkin beragama benar tapi membawakan agama di dalam masyarakat plural ini adalah kesalahannya, "ujar
Ia menegaskan, pikiran ekstrimisme dan terorisme bukan watak umat Islam Indonesia. Pikiran itu, merupakan pelarian dari pikiran-pikiran politik transnasional itu.
Karena itu, lanjut Hasyim, salah satu cara untuk menghadang masuknya pemikiran ekstremisme dan terorisme adalah kembali kepada kepentingan kebangsaan dalam wawasan keagamaan. Selain itu, juga dengan memberikan wacana kepada masyarakat tentang Islam yang lurus dan bagaimana cara membawakannya di dalam pluralitas.
"Kalau sudah terjadi ekstrimisme apalagi terorisme, maka represi itu dilakukan oleh negara. Tapi represi oleh negara harus diselesaikan by law, bukan sekedar by security atau by militer, "tukas Hasyim.
Ia berpendapat, kemunculan perang global antara Barat dengan Timur Tengah dikhawatirkan membawa pemikiran ekstrimisme itu semakin banyak mengalir ke Indonesia dan mempengaruhi pola pikir umat.(novel/mol)