Solo, (forum-alishlah.com) – Aksi teror di kota Solo akhir-akhir ini menjadi topik perbincangan sangat hangat ditengah-tengah masyarakat. Bahkan warga masyarakat yang tidak tau menau akan kejadian yang sebenaranya dengan mudahnya melontarkan statemen-statemen yang sebeetulnya jauh dari pengetahuan mereka.
Mungkin salah satu pernyataan masyarakat yaitu bahwa teroris telah berbuat kejam dan sadis dengan membunuh aparatur negara tanpa ada salah dan dosa sama sekali pada mereka. Atau mungkin pernyataan yang lebih parah lagi yaitu menjustifikasi bahwa para teroris merupakan penjahat bercadar, berjubah dan berjenggot, dan masih banyak lagi, yang kesemuanya tentu mengarah kepada pencitraan buruk terhadap simbol-simbol ke-islaman.
Jika masyarakat berkata demikian, tentu tidak bisa disalahkan begitu saja. sebab informasi yang mereka peroleh juga sefihak saja, yakni melui media-media sekuler baik cetak atau elektronik yang secara mayoritas media besar yang ada di Indonesia dijalankan oleh kepentingan musuh-musuh islam da orang-orang yang tidak suka kepada aktivis islam.
Maka dalam hal ini, kabar dan berita yang falid dan sesungguhnya atas tragedi yang menimpa kota Solo akhir-akhir ini sebetulnya sangat ditunggu dan dinanti oleh masyarakat. Sebab secara tidak langsung, masyarakat juga membincangkan hal tersebut dengan sangat hangat akan peristiwa teror yang menimpa kota Bengawan untuk yang ke-4 kalinya itu sejak akhir bulan Ramadhan 1433 H (17/8/2012) yang lalu.
Kasus terakhir yang mungkin bisa dikatakan sebagai “gunung es” aksi teror di Kota Solo yaitu aksi baku tembak antara tim Detasemen Khusus 88 (Densus 88) Anti Teror Mabes Polri dengan orang yang diduga sebagai pelaku aksi teror di Solo akhir-akhir ini.
Menanggapi beredarnya informasi yang selalu memojokkan umat islam setiap kali ada peristriwa teror, Ustadz Sholeh Ibrohim, S.Th.I salah satu tokoh masyarakat di kota Bengawan ikut angkat bicara. Menurutnya, kasus teror yang terjadi di Solo hanyalah permainan politik fihak tertentu, yang kemudian dikipas-kipasi oleh media sekuler yang tidak suka kepada gerakan umat islam.
Ustadz Sholeh yang dimintai pendapat dan pandangannya mengenai berita yang masih simpang siur dan pemberitaan media sekuler yang begitu tendensius terhadap umat islam tentang aksi teror di kota Solo dan khususnya penembakan di pos polisi Singosaren menyatakan bahwa umat islam harusnya condong dan menjadikan media islam sebagai referensi sumber berita.
“Ya (pesan-red) saya kepada umat islam lebih baik kita diam menunggu pada hasil sejauh mana dari gerak dan langkah polisi yang secara profesional itu, untuk sampai dimana nanti kerja polisi. Karena memang tugasnya dari aparat negara. Tapi kita-pun (umat islam-red) harus tetap memantau dan jangan menelan mentah-mentah apa yang mereka (polisi atau media sekuler-red) kabarkan, jadi tetap kita harus condong pada media islam yang ada dilapangan”, pesannya saat ditemui Kru FAI Jum’at siang 31/8/2012 dirumahnya (setelah penembakan di pos polisi Singosaren dan sebelum baku tembak di Tipes Solo).
Selain berpesan kepada umat islam, Ustadz Sholeh –sapaan akrab beliau- yang juga staf pengajar di Ponpes Al Mukmin Ngruki ini, tak lupa memberikan “wejangannya” (nasehatnya) kepada media islam agar jeli dalam melihat, mencari sumber berita dan memberitakan setiap peristiwa yang terjadi.
“Ya,, dalam hal ini (kasus teror di Solo dan penembakan di Pos Polisi Singosaren) media islam juga harus jeli memang. Apalagi dalam hal ini memang ada fihak-fihak yang lain (media sekuler-red) ada yang tidak senang kepada gerakan umat islam yang selama ini mungkin buat satu kerepotan kepada aparat negara dengan teror-teror yang lain, itu bisa dijadikan mereka beralasan terus dihubungkan dengan kasus-kasus semacam ini. Ini, media semacam ini ya, kita jawabannya ya hanya tunggu saja-lah saatnya nanti dibuktikan apakah hal itu yang benar yang mana”, pungkasnya. (Abd/Kru FAI)