Departemen Agama (Depag) akan menyebarluaskan proses pencarian hilal secara online melalui televisi dan website, dengan memanfaatkan teropong hilal yang tersebat di berbagai tempat, sehingga diharapkan perbedaan dalam menentukan awal Ramadhan bisa diatasi.
"Setiap tahunnya kerap terjadi perbedaan menentukan hari pertama bulan suci sehingga tak jarang memunculkan kegelisahan antarumat Muslim, "kata Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni, di Jakarta, Senin(3/9).
Pernyataan ini merupakan penegasan terhadap pernyataan yang disampaikan di Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan, Sabtu lalu. Di mana, Pemerintah akan berupaya mencari cara agar setiap tahun umat Muslim Indonesia bisa memulai ibadah puasa Ramadhan pada hari yang sama. Karena itu, ungkapnya, mulai tahun ini pemerintah melalui Depag akan menyambungkan secara online teropong pencari hilal ke semua stasiun televisi dan website.
Lebih lanjut Maftuh menyatakan, dengan tersambungnya teropong hilal yang diletakkan di lima titik berbeda di wilayah Indonesia, masyarakat bisa menyaksikan langsung keberadaan hilal di rumah masing-masing melalui siaran televisi.
Ia menambahkan, proses pencarian hilal akan dimulai pada tanggal 11 September mendatang, apabila pada malam harinya (selepas Maghrib) hilal sudah bisa terlihat, maka umat Islam Indonesia akan memulai puasa pada tanggal 12 September. Namun, kalau tanggal 11 September itu belum terlihat hilal, maka akan dilanjutkan tanggal 12 September.
"Pada tanggal 12 September, masyarakat masih bisa menyaksikan secara langsung proses pencarian hilal tersebut, "ujarnya.
Maftuh mengingatkan, perbedaan cara atau metode menentukan permulaan Ramadhan, hendaknya jangan sampai menimbulkan perpecahan di kalangan umat, dan semua warga diminta agar menghormati perbedaan ini sebagai bentuk rahmat dari Allah SWT.
Ketika ditanya bagaimana sikap pemerintah terhadap organisasi masyarakat yang sudah menentukan lebih dulu awal bulan puasa sebelum penglihatan hilal, Menteri menegaskan, hal itu termasuk perbedaan yang tetap layak dihormati.
Kendati demikian, Maftuh menjelaskan, sebenarnya perbedaan tersebut tak perlu terjadi, apabila semua warga kembali kepada prinsip dasar pelaksanaan ajaran agama. Di mana, Islam sudah menegaskan kepada umatnya agar mematuhi aturan-aturan Allah, Rasulullah, dan para pemimpin atau pemerintah (ulil amri ) dalam menjalankan syariat agama.
"Yah, kalau semua umat mengikuti keputusan pemerintah, tentu tidak akan ada perbedaan menentukan awal puasa, "tandasnya. (novel)