“Keberpihakan mereka sangat jelas saat kampanye berlangsung, terutama menjelang hari pencoblosan di putaran kedua yang menyisakan head to head antara Ahok-Djarot dan Anies-Sandi, setelah AHY-Silvy dipastikan tersisih di putaran pertama,” ujar Rico.
Lebih jauh, Ketua Aliansi Masyarakat Jakarta (Amarta) ini menjelaskan, selama masa kampanye banyak kontribusi para direksi tersebut demi membantu memenangkan Ahok.
Diantaranya yang paling kentara adalah saat BUMD tertentu memasok sapi untuk warga Kepulauan Seribu dan memfasilitasi pelaksanaan program dadakan Ahok-Djarot yang disebut Kartu Jakarta Lansia (KJL).
“Sekarang, setelah Ahok-Djarot kalah, mereka ketakutan dan berusaha mendekati siapa pun yang punya akses ke Anies-Sandi, termasuk para relawan agar tidak dicopot,” ungkap Rico.
Namun demikian, Rico enggan menyebutkan identitas para direksi itu. Menurutnya, tidak etis jika nama-nama mereka diumbar ke publik.
“Mereka kan manusia biasa, punya perasaan juga. Tidak baik lah kalau saya sebut merk,” kata Rico berseloroh.
Bahkan, tambah Rico, selama bergerilya tersebut, para direksi itu juga menyertakan banyak janji dan konpensasi jika dirinya aman. Termasuk janji akan memberikan segepok uang yang jumlahnya tidak sedikit.
“Karena, dulu mereka yakin Ahok-Djarot akan menang Pilkada karena diusung koalisi besar dan partai penguasa, PDIP, PKB, PPP, PAN, Golkar, Hanura, dan NasDem. Tapi mereka kecele karena Ahok-Djarot justru keok telak. Tentu ini pelajaran berharga bagi yang lain agar lain kali hati-hati dan tetap bersikap profesional,” pesan Rico.