Ribuan peserta aksi damai dari Forum Umat Islam bersama Forum Ulama Habaib serta gabungan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim se-Jabodetabek menjelang tengah hari mulai meninggal Istana untuk bergerak ke Polda Metro Jaya. Sebelumnya, perwakilan peserta aksi hendak menyampaikan Surat Terbuka kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, namun mereka hanya menelan kekecewaan karena hanya dijanjikan bertemu dengan Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng.
"Kita inginya langsung bertemu dengan bapak Presiden, kalau hanya Jubir kita pergi saja ke Polda, " ujar Pimpinan Perguruan As-Syafi’iyah Abdulrasyid Abdullah Syafii, di depan Istana, Jakarta, Rabu (18/6).
Namun, sebelum meneruskan niatnya untuk menjenguk Ketua Front Pembela Islam Habib Rizieq Shihab dan Panglima Laskar Islam Munarman peserta aksi itu meluncur menuju Masjid Istiqlal untuk menunaikan Sholat Dzuhur. Tampak juga massa juga mengusung keranda bertuliskan "Apa Mungkin Nabi Mati Di Kakus, Ini adalah Mirza Ghulam Ahmad Nabi Palsu dan Mati di Kakus."
Dalam aksi tersebut selain menghadirkan orasi dari ulama dan tokoh ormas, turutberorasiRaja Dangdut H. Rhoma Irama yang juga bergelut dalam bidang dakwah. Rhoma Irama menyampaikan pandangannya tentang keberadaan ormas Islam FPI yang didesak oleh beberapa pihak untuk dibubarkan pasca Insiden Monas.
"FPI dan Habib Rizieq mengambil peranan aparat yang selalu berkolusi dalam membasmi kemungkaran, kalau kemungkaran masih merajalela di negara ini, ormas seperti FPU masih dibutuhkan, " tegasnya.
Rhoma juga semangat meneriakkan pembubaran Ahmadiyah. Sementara itu, Pimpinan Pondok Pesantren Lasem, Rembang KH. Abdul Hamid Baidlowi menuntut Presiden bertanggung jawab dan bertindak tegas atas penodaan terhadap Islam.
"Kalau Gus Dur mau membela Ahmadiyah mati-matian, tapi kalau saya mau menghantam Ahmadiyah habis-habisan, karena sudah terbukti bahwa Mirza Ghulam Ahmad itu pendusta, mudah-mudahan Presiden terketuk hatinya, " pungkasnya yang sengaja hadir ke Jakarta untuk menuntut pembubaran Ahmadiyah. (novel)