Tahun 2016, 300.000 Pekerja Sektor Migas Terancam PHK

migas acehEramuslim.com – Direktur Indonesian Petroleum Association (IPA) Sammy Hamzah mengkhawatirkan ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) yang lebih besar bagi pekerja industri migas nasional tahun depan. Hal tersebut bisa menjadi kenyataan jika harga migas tak juga merangkak naik dari level rendah seperti tahun ini.

Sammy menuturkan, saat ini diperkirakan terdapat 200 ribu-300 ribu pegawai yang bekerja di industri migas. Seluruh pegawai tersebut terbagi dalam tiga golongan yakni pegawai tetap, pegawai kontrak dan pegawai pada perusahaan subkontraktor.

Meski tidak menyebut jumlah pekerja industri migas yang terkena PHK tahun ini, dari tiga golongan pegawai itu Sammy menyebut golongan pegawai kontrak dan yang bekerja pada subkontraktor lah yang paling terancam mengalami pemutusan hubungan kerja.

“Yang rentan terkena PHK adalah pegawai kontrak dan pegawai di subkontraktor. Terus terang yang bekerja di perusahaan-perusahaan service yang paling rentan diputus hubungan karena mereka tergantung dari kami produsen. Kalau tidak ada pesanan kontrak dari produsen ya pasti akan berkurang kerjanya,” ungkap Sammy di Jakarta, Rabu (2/12).

Sebelumnya keputusan Organisasi Negara Pengeskspor Minyak (OPEC) untuk tidak mengurangi produksi menimbulkan kekhawatiran harga minyak akan turun mendekati US$ 20 per barel dari posisi saat ini sekitar US$ 40-US$ 50 per barel.

Perubahan kebijakan ini hanya bisa terjadi jika negara penghasil minyak di luar OPEC, terutama Rusia, siap bergabung untuk bersama-sama menurunkan produksi.

Tak hanya di industri migas, semakin rendahnya harga batubara dalam negeri dan internasional yang saat ini sudah berada di level US$ 50 per metrik ton, membuat sejumlah perusahaan tambang batubara nasional merumahkan ribuan pekerja hingga kuartal III kemarin.

Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (Apebindo) memprediksi, tak kurang dari 5 ribu pekerja telah dirumahkan akibat anjloknya harga batubara yang berlangsung sejak 2012 silam.

“Kami masih mengumpulkan (data) khususnya yang menjadi anggota Aspebindo karena susah kalau ditanya dan dipukul rata. Tapi yang pasti dengan harga yang jelek, kami terdampak,” ujar Sektetaris Jenderal Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (Apebindo) Eka Wahyu Kasih beberapa waktu lalu.

Eka mengungkapkan, adanya pengurangan ribuan tenaga kerja tadi tak lepas dari berhentinya ratusan perusahaan seiring dengan anjloknya harga batubara. Bahkan ia menaksir, saat ini terdapat 50 persen perusahaan batubara yang telah mengurangi atau menghentikan produksinya dalam rangka upaya penghematan.

Meski begitu Eka lagi-lagi masih belum bisa memastikan secara detil berapa tenaga kerja yang dirumahkan dari ratusan perusahaan batubara yang tergabung dalam Aspebindo.

“Kami masih mendata karena memang sulit. Tapi kalau secara statistik dan matematik ketahuan itu angkanya,” tuturnya. (ts/cnnindonesia)