Eramuslim.com – Letnan Jenderal (Purn) Suryo Prabowo mengungkapkan banyaknya kejanggalan saat namanya didaftarhitamkan pihak otoritas imigrasi (ICA) Pemerintah Singapura. Mantan wakil kepala Staf Angkatan Darat (wakasad) tersebut mengaku mendapatkan informasi bahwa kebijakan blacklist diambil pihak ICA karena adanya pesanan orang dalam.
“Saya dapat info bahwa blacklist itu katanya karena adanya ‘pesanan orang dalam’,” tulis Suryo Prabowo lewat akun Facebook-nya Suryo Prabowo. Dia menjelaskan, informasi tersebut selaras dengan banyaknya kejanggalan yang diterima saat mendapat perlakuan tak menyenangkan sepekan lalu di Singapura.
“Menurut penyampaian petugas ICA saat itu katanya, nama saya ada di blacklist. Tetapi ICA menyampaikan kepada Dubes RI beda, menurut ICA karena di-blacklist ada kesamaan nama. Sedangkan, penjelasan ICA kepada pers beda lagi, interviu khusus itu adalah prosedur rutin yang lazim mereka lakukan.”
Meski demikian, Suryo Prabowo menjelaskan tidak mengetahui apakah upaya daftar hitam dilakukan oleh Pemerintah RI atau Singapura. Dia hanya menjelaskan, kebohongan sudah menular ke Pemerintah Singapura.
“Haruskah saya diam ketika saya dan banyak rakyat Indonesia dicurigai sebagai musuh potensial dan mendapat perlakukan diskriminatif yang tidak bersahabat dari Pemerintah Singapura?”
Mantan kepala staf umum (Kasum) TNI itu mengalami kejadian tidak mengenakkan saat transit di Bandara Changi, Singapura, Rabu (17/8). Suryo yang baru pulang dari Fiji dengan menggunakan maskapai Fiji Airways FJ361 harus tertahan di Bandara Changi saat ingin mengambil bagasi.
Dia tidak tahu mengapa pihak Imigrasi Singapura sampai memasukkan namanya ke dalam daftar hitam orang yang dilarang masuk ke negeri jiran tersebut. Ketika diperiksa, kata dia, petugas juga tidak menyampaikan mengapa namanya bisa dimasukkan ke dalam daftar hitam, yang berkonsekuensi dilarang masuk Singapura.
“Alasan blacklist tidak mereka sampaikan, yang mereka tanya juga tidak penting-penting amat, dapat nomor handphone, alamat e-mail, dan saya berikan akun Facebook saya. Ketika mereka minta data pribadi saya, mereka saya minta ngeliat di Google dan akun Facebooksaya,” kata mantan wakil kepala staf Angkatan Darat (KSAD) itu kepada Republika.co.id, Rabu (17/8) malam WIB.(ts/rol)