“Ada pula karena di luar DIY harga naik, maka secara otomatis harga beras di DIY menyesuaikan. Kalau tidak ikut naik, nanti beras di DIY diserbu dan bisa habis,” kata dia.
Di bulan ini panen padi di DIY merata di empat kabupaten (Gunungkdul, Kulon Progo, Bantul dan Sleman). Setiap lokasi panennya bisa mencapai 25-30 hektare. “Jadi di bulan ini rata-rata dalam sehari yang tanaman padi yang dipanen 100 hektare lebih,” ungkap Sasongko.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan panen padi mulai terjadi pada Januari ini. Bahkan Februari disebutnya akan menjadi puncak panen padi. Ini dikarenakan, petani mulai menanam padi sejak Oktober tahun lalu pada saat musim hujan.
“Oktober hujan berarti tanam kan, berarti Desember sudah panen, apalagi Januari. Kita tahu kalau kondisi cuaca normal, itu panen memasuki puncak Februari karena kondisi iklim normal,” kata Amran di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (11/1).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik yang diperlihatkan oleh Kementan, luas tanam padi selama 2017 sebesar 16,4 juta hektare. Sementara, produksi padi pada Januari 2018, diprediksi mencapai 4,5 juta ton gabah kering giling (GKG). Sedangkan, ketersediaan beras mencapai 2,8 juta ton dengan konsumsi beras 2,5 ton, sehingga ketersediaan beras surplus sebesar 329,3 ribu ton.
Ketika ditanya mengenai kondisi di lapangan bahwa saat ini harga beras naik, Amran hanya berkomentar mengenai produksi beras yang surplus. Produksi beras pada Januari 2018 diproyeksikan surplus sebesar 329,3 ribu ton.
Sebelumnya, berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga beras medium pada Juli 2017 berada di level Rp 10.574 per kilogram dan meningkat menjadi Rp 10.794 per kilogram pada November di tahun yang sama. Pada Januari 2018, angka ini merangkak naik menjadi Rp 11.041 per kilogram.(kl/rol)