Lalu, tidak pernah ada dalam sejarah 2 super power yang bertarung dalam teknologi militer sangat canggih. Yaitu Amerika melawan Jepang. “Tetapi bangsa Indonesia bisa merdeka karenanya. Untuk bisa merdeka bangsa Indonesia seharusnya memiliki teknologi militer seperti Jepang ditambah Amerika ditambah milik Indonesia sendiri. Tetapi berkat persatuan kita bisa tampil sebagai negara merdeka, negara besar yang hari ini kekuasaan dan wilayahnya melebihi banyak negara di dunia,” ucapnya.
Sementara itu, Raja Jogja Sri Sultan Hamengku Buwono X turut mengatakan, saat ini rakyat bertanya mengapa bumi Nusantara terus terusik oleh mereka yang mendua hati terhadap Pancasila. “Kenapa Pancasila selalu disulut ancaman radikalisasi dan intoleransi. Bukankah kita mendapatkan harmoni, bukan antipati, damai bukannya bertikai,” katanya.
Maka, guna menguatkan sejarah bangsa ke depan, ia mengajak agar janganlah Pancasila dipuja layaknya ajimat keramat. “Tapi jadikanlah ia khidmat yang bermanfaat,” ujarnya.
Pancasila juga bukan untuk disimpan bagai monumen di keranda mati. Namun, juga dipakai sebagai momen gumregahnya aksi.
Dalam acara itu, hadir pula tokoh dari Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif. Ia juga menyampaikan, lebih pada perjuangan sila kelima Pancasila. Berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ia juga mengutip Pasal 33, yang berbunyi bumi dan air, dan kekayaan alam di bawahnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk rakyat. Namun itu sampai kini belum terjadi.
“Inilah perjuangan yang sungguh-sungguh tidak boleh kita lupakan. Sikap ekonomi kita belum sesuai dengan Pancasila, masih kapitalisme itulah yang kita lawan. Kita berharap pemerintah yang telah bekerja keras coba luruskan kiblat ekonomi,” ucapnya. (jp)