eramuslim.com — Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said, mengkritik pernyataan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, yang menyinggung perubahan sikap seseorang setelah status ekonomi mereka meningkat.
Sudirman menyebut pandangan Bahlil tersebut sebagai pernyataan yang berbahaya, terutama ketika disampaikan di depan generasi muda.
“Saya sebetulnya agak kaget gitu ya, kenapa seseorang yang naik secara sosial begitu rupa tuh, bukannya menundukkan kepala dengan cara syukur,” ujar Sudirman dikutip dari unggahan video akun x @Srik4ndiMuslim2 (14/10/2024).
Dikatakan Sudirman, apa yang dibeberkan Bahlil di hadapan generasi muda itu menjustifikasi tindakan yang menjadi konsen banyak orang.
“Misalnya, ada kata-kata waktu aktivis kita melihat mobil mewah melintas, marah,” cetusnya.
Sudirman merujuk pada komentar Bahlil yang menyatakan bahwa aktivis kerap marah ketika melihat kemewahan, namun berubah sikap ketika mereka sendiri menikmati kemewahan tersebut.
“Apa ya harus marah gitu? Kemudian ketika mendapatkan mobil itu merasa oh enak juga,” sebut Sudirman.
Lanjut Sudirman, pernyataan ini hanya menyoroti perubahan sikap secara dangkal tanpa memperhatikan inti dari perjuangan seorang aktivis, yaitu idealisme dan cara-cara yang baik dalam mencapai tujuan.
“Jadi sisi-sisi luarnya saja yang dikemukakan, tapi sisi dalam bahwa aktivis itu adalah perjuangan, idealisme. Aktivis itu ingin mencapai sesuatu dengan cara-cara yang baik,” imbuhnya.
Sudirman juga menekankan bahwa pernyataan semacam ini dapat memberikan contoh buruk bagi generasi muda.
“Itu kelihatannya dilupakan sama sekali dan menurut saya itu statement yang berbahaya,” jelasnya.
Menurutnya, generasi muda seharusnya mendapatkan keteladanan dari para pemimpin, bukan justifikasi atas perubahan sikap yang mengedepankan materialisme.
“Karena diucapkan di depan generasi muda yang seharusnya mereka ingin mendapatkan banyak sekali keteladanan,” tandasnya.
Sudirman tampak khawatir bahwa pernyataan seperti ini bisa memberi pesan yang salah kepada generasi muda mengenai nilai perjuangan dan idealisme, seolah-olah materialisme lebih penting daripada prinsip dan integritas.
“Saya kira lihat respons di media sosial itu buruk sekali. Seperti sedang mengkonfirmasi bahwa dia bergeser dari orang susah menjadi orang yang punya kuasa dan uang,” kuncinya.
Sebelumnya, Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia, secara blak-blakan menyinggung para aktivis yang sering mengkritik isu oligarki.
Dalam videonya yang beredar, Bahlil mengungkapkan pandangan pribadinya tentang perubahan sikap yang dialami seseorang ketika status ekonomi mereka berubah.
“Waktu miskin, lihat mobil bagus kita marah. Mau lempar aja mobil itu. Apalagi kalau pakai mobil pengawalan, paling benci saya,” ujar Bahlil dikutip dari unggahan akun x @Srik4ndiMuslim2 (13/10/2024).
Namun, Bahlil mengakui bahwa pandangannya berubah setelah memiliki kekayaan dan jabatan.
“Begitu punya banyak duit, bisa beli mobil bagus, enak juga barang ini,” tukasnya.
“Dulu kita mau makan bakso aja boleh, sekarang makan bintang lima boleh, enak juga barang ini,” sambung dia.
Ia juga membahas pengalamannya sebagai menteri, di mana ia kini menikmati fasilitas pengawalan yang dulu ia benci. Tepatnya, saat masih menjadi seorang aktivis.
“Dulu kita benci pakai pengawal, begitu jadi Menteri ada pengawal, ah paten juta barang ini ya kira-kira,” Bahlil menuturkan.
Bahlil kemudian menegaskan agar para aktivis tidak sembarangan menuduh orang-orang dalam pemerintahan sebagai oligarki.
“Jadi saya mau sampaikan untuk kalian, jangan coba-coba bilang bahwa kita oligarki. Atau yang oligarki itu nggak bagus,” cetusnya.
Ia menyatakan bahwa ketika seseorang mendapatkan kekuasaan dan kekayaan, perilakunya bisa berubah.
“Tunggu kalian, saya mau tunggu begitu suatu saat kalian jadi pejabat, jadi orang kaya, mungkin kelakuan kalian akan lebih jahat daripada saya,” tekan Bahlil.
(sumber: fajar)
Kenyataanya begitu, hanya sedikit yg lurus