Tingkat kinerja kognitif yang rendah juga dikaitkan dengan tingkat keparahan penyakit. Mereka yang dirawat di rumah sakit dengan ventilator menunjukkan defisit terbesar.
Defisit yang diamati untuk pasien Covid-19 yang telah memakai ventilator setara dengan penurunan IQ 7 poin. Defisit bahkan lebih besar dari defisit yang diamati untuk individu yang sebelumnya menderita stroke dan yang melaporkan ketidakmampuan belajar.
“Saya pikir adil untuk mengatakan bahwa kita yang telah menganalisis data seperti ini agak gugup dengan keputusan untuk membiarkan pandemi berjalan dengan sendirinya di Inggris,” kata Hampshire.
Meskipun sebagian kecil dari 275 peserta menyelesaikan tes kecerdasan baik sebelum dan sesudah tertular Covid-19, penelitian ini sebagian besar menggunakan metodologi cross-sectional, membatasi kemampuan untuk menarik kesimpulan tegas tentang sebab dan akibat.
Tetapi sampel yang besar dan beragam secara sosial ekonomi memungkinkan para peneliti untuk mengontrol berbagai macam variabel yang berpotensi ikut berperan, termasuk kondisi yang sudah ada sebelumnya.
“Peringatan utama adalah bahwa kita tidak tahu apa dasar mekanistik dari asosiasi kognisi Covid yang diamati. Kita juga tidak tahu berapa lama dampak pada kognisi ini bertahan pada seseorang. Saya menyediakan teknologi penilaian untuk digunakan dalam serangkaian penelitian yang sekarang mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan ini,” kata Hampshire. [Republika]