Strategi Hidup Muslim di Akhir Zaman

Buku-buku bertema akhir zaman kini sedang booming. Temanya mencakup: Dajjal, Armageddon, dan Zionisme. Fenomena di atas merupakan fenomena global. Di Timur Tengah dan juga Eropa serta Amerika, orang juga kini gandrung pada tema akhir zaman. Nampaknya ini bukan suatu kebetulan, meski perbantahan ada di antara masing-masing penulis, tapi semua sepakat pada satu muara: Kita hidup di akhir zaman.

Menurut Ust Abu Fatiah Al-Adnani, spesialis penulis buku-buku tentang akhir zaman, pada prinsipnya pada buku-buku itu di sana ada kebaikan walau tak tertutup ada kesalahan. “Saya yang termasuk agak terinspirasi dengan buku-buku seperti itu. Kita perlu meluruskan mana yang perlu dikonsumsi dan mana yang mendapat catatan. Terutama hadits-hadits dhoif yang hampir semuanya dijadikan rujukan, ” katanya ketika ditanya eramuslim. Com seusai roadshow bedah buku “Kaki Tangan Dajjal Mencengkeram Indonesia” (26/8) Masjid Al-Amin Secang, Magelang, Jawa Tengah.

 

Fitnah Dajjal memang luar biasa, sebagaimana Rasul saw mengabarkan: “Sesungguhnya sebelum terjadinya hari kiamat, akan timbul berbagai fitnah bagaikan sepotong malam yang gelap gulita. Pada pagi hari seseorang masih beriman, tetapi pada sore harinya telah menjadi kafir. Pada sore harinya beriman, tetapi pada pagi harinya telah kafir. Pada saat itu orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, yang berdiri lebih baik dari yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik dari yang berlari. Karena itu pecahkanlah kekerasanmu, potonglah tali busurmu dan pukulkanlah pedangmu ke batu (yakni jangan kamu gunakan untuk memukul dan membunuh manusia). Jika salah seorang di antara kamu terlibat dalam urusan (fitnah) itu, maka hendaklah ia bersikap seperti sikap terbaik dari dua orang putra Adam (yakni bersikap seperti Habil, jangan seperti Qabil). ” Musnad Ahmad 4:408 hadits ini juga dishahihkan oleh Al-Bani dalam Shahih Al-jamius Shagir 2:193 hadit nomor 2045.

Orang yang duduk lebih baik dari yang berdiri, Menurut Abu Fatiah Al-Adnani,

mereka yang semakin sedikit itu lebih aman. Dirinya mengambil contoh sekarang saja ketika kalau keluar rumah kemaksiatan mengepung. Jangankan keluar rumah, di dalam rumah saja begitu kita menyetel tv, iman kota bisa rontok. “Orang yang tinggal di rumahnya yang terletak pegunungan sehingga jauh dari keramaian, fitnahnya relatif jauh lebih sedikit, ” jelasnya.

Pun ketika Rasul ditanya, manusia mana yang terbaik. Rasulullah saw menjawab, Muminun yujahidu binafsihi wa maalihi . Orang mukmin yang berjihad dengan harta dan jiwanya. Kemudian siapa lagi? Yakni, orang mukmin yang tinggal di puncak-puncak gunung, yang dia meninggalkan manusia, kemudian dia konsentrasi ibadah kepada Allah. Jadi manusia terbaik di akhir zaman cuma dua. Kalau dia punya kemampuan bergaul dengan manusia dia punya kemampuan amar makruf nahy munkar, silakan mencampur. Tapi, kalau tidak kuat, silakan ke puncak gunung. Karena kalau juru dakwah beruzlah, itu bahaya. Tapi, kalau cuma sipil, rakyat biasa, maka jangan tinggal di tempat-tempat yang mengundang fitnah. Resikonya lebih besar.

Dirinya menyarankan, kalau kita tidak punya kemampuan sedangkan resikonya terlalu besar, lebih baik pulang kampung. Daripada di perkotaan tapi rezekinya tidak halal. Tanya saja kepada mereka yang terlibat prostitusi, “Mas sudah kadung basah, di rumah juga siapa yang menghargai. Saya sudah terlanjur hitam, ” itukan jawabannya.

Bagaimana solusinya. Menurut Abu Fatiah Al-Adnani, jika berbicara tentang dajjal, baik itu secara fisik, maupun fitnah, Rasul memberikan rambu-rambu:

Pertama, Rajin membaca doa setiap kali shalat. Yang lebih penting dengan memaknai doa tersebut. Allahuma inni a’udzubika min adzabi jahannama wa min adzabi qabri wa min fitnatil mahyaa wa mamaati wa min syarri fitnatil masiihid dajjal. (Shahih Muslim)

Kedua, siapa yang membaca 10 ayat pertama surat Al-Kahfi, dia akan diselamatkan dari Dajjal. Kita disunnahkan untuk membaca surat Kahfi setiap malam Jumat. Yang biasa Yaasinan boleh diganti. Karena dalilnya jelas. Kalau seseorang membaca surat Kahfi setiap malam Jumat, maka Allah akan sinari dia dengan cahaya. Kalau kita hafal maka enak, tidak perlu buka Al-Qur’an lagi. Ada yang menyebut 10 ayat pertama ada yang menyebut 10 ayat terakhir. Tapi yang terkuat adalah sepuluh ayat yang pertama. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Muslim.

Ketiga, Kalau sanggup, pindah ke kota Madinah. Karena di sana nanti akan menjadi pusat keimanan. Kalau tidak, kata Rasul saw—lari ke gunung-gunung. Maknanya ada dua, satu, gunung betulan, karena jauh dari perkotaan. Yang relatif jauh dari fitnah. Kedua, kita adakan sistem masyarakat, kita bikin semacam Islamic Village. Satu kompleks muslim semua, shalat semua. Jadi masyarakat umum, gaya hidupnya pesantren, suasananya Islami. Anak-anak dan isterinya terjaga dari fitnah. Dengan begitu kita berharap anak-anak kita akan lebih terjaga.

Keempat, kalau semua usaha sudah dicoba, ternyata dikejar-kejar Dajjal juga. Sudah baca doa masih kena, lari ke gunung masih dikejar, sudah hafal surat kahfi, masih tidak mempan. Dajjal menawarkan air dari sungainya dan disodorkan kepada kita apinya dengan nyata, maka Rasul saw mengajarkan. Tutuplah kedua matamu dan masuklah ke apinya dajjal, sesungguhnya apinya dajjal itu akan dingin. Sedangkan sungainya justru neraka yang membakar.

Tapi, kita sekarang ini sudah terkena budaya materialisme, apa yang kita lihat tentulah yang kita yakini. Kita tidak bisa meyakini apa sesungguhnya di belakang api itu. Kita melihat api itu panas, tapi kalau nekat akan dingin. Ini beberapa solusi yang diberikan oleh Rasulullah saw. (rz/emy-Magelang)