Standar Ganda, Rusia Dilarang Ikut Olimpiade sementara Israel Boleh, Jansen: Inilah yang Buat Israel Tak Akan Pernah Jera

eramuslim.com – Komite Olimpiade Paris kini jadi sorotan. Pasalnya mereka membolehkan Israel yang merupakan negara pelaku genosida ikut ajang olahraga dunia tersebut.

Sementara, di sisi lain Rusia dilarang mengikuti Olimpiade Paris oleh IOC karena disebut melanggar Piagam Olimpiade ketika negara itu mencaplok organisasi olahraga Ukraina setelah invasi Kremlin pada 2022.

Ketua Komite Olimpiade Palestina mengecam standar ganda dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) atas keputusannya untuk mengizinkan Israel berkompetisi di Olimpiade Paris 2024.

Ketua Olimpiade Palestina, Jibril Rajoub, menuntut boikot yang dilayangkan melalui surat kepada IOC awal pekan ini yang ditolak oleh Ketua Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach.

“Ini menegaskan bahwa ada lembaga internasional yang bersikeras menerapkan standar ganda dan tidak mematuhi Piagam Olimpiade, undang-undang dan peraturan, atau moral,” ujar Rajoub saat tiba di Bandara Charles de Gaulle Paris bersama delegasi olahraga Palestina, dikutip dari AFP, Jumat (26/7/2024).

Sekitar seratus orang hadir menyambut para atlet dengan kurma dan teriakan “Free, Free Palestine!”.

“Israel atau Komite Olimpiade Israel telah kehilangan hak moral, olahraga, kemanusiaan, dan hukum untuk berpartisipasi,” kata Rajoub.

Dia menambahkan bahwa pemboman Israel yang sedang berlangsung di Gaza merupakan “kejahatan genosida, pembersihan etnis”.

Praktisi hukum yang juga Wasekjen Partai Demokrat, Jansen Sitindaon, turut mengomentari hal tersebut. Dia membeberkan bahwa Mahkamah Internasional telah memvonis Israel bersalah atas genosida di Jalur Gaza, Palestina.

“Israel diizinkan berpartisipasi dalam Olimpiade. Namun Rusia secara resmi dilarang. Padahal jumlah warga sipil yg terbunuh di Ukraina — setahuku, sorry jika salah — lebih sedikit dibanding di Gaza,” tulisnya di X, dikutip Jumat (26/7/2024).

“Inilah yang membuat Israel tidak akan pernah jera. Dapat impunitas “pembebasan hukum” terus. Padahal Mahkamah Internasional saja sudah memutuskan mereka bersalah,” sambung Jansen.

“Tanpa pengecualian, harusnya keduanya dilarang. Atau sekalian diizinkan berpartisipasi. Itu baru adil. Sehingga kalimat ‘tidak ada politik dalam olahraga yg ada hanya sportivitas’, terbukti,” tegasnya.

 

(Sumber: Fajar)

Beri Komentar