Sri Mulyani dan Boediono Terancam?

Kedua tokoh ini masing-masing dianggap memiliki reputasi internasional, terutama dibidang ekonomi. Karirnya cukup panjang di pemerintahan, dari satu ke rejim lainnya. Dua tokoh dikatakan diterima pasar, dan berhasil mengatasi krisis ekonomi, yang dihadapi Indonesia dalam satu dekade ini. Tapi, sanjungan itu, tak selama dinikmati oleh keduanya. Ada masa-masa buram, yang akan dilalui, dan akan mempunyai implikasi terhadap posisinya.

Mungkin saat sekarang ini, selama karir dipemerintahan, dirasakan oleh Sri Mulyani dan Boediono, di mana merasakan era paling berat. Bila tidak mampu memberikan respon yang memadai dan menyakinkan, maka kemungkinan Sri Mulyani dan Boediono akan terancam kehilangan jabatan mereka. Inilah situasi yang paling sulit, dihadapi kedua tokoh, yang sekarang memegang posisi kunci dalam pemerintahan SBY.

Terdapat tiga kemungkinan yang bakal dihadapi Sri Mulyani dan Boediono, yang memberatkan posisinya. Pertama, persepsi yang sangat negatif terhadap kedua tokoh itu dalam hubungannya dengan kasus Bank Century terus meningkat dengan tajam. Sebelum adanya laporan hasil audit investigasi BPK ke DPR, persepsi negatif terhadap Boediono hanya 55 persen, kini menjadi 85 persen. Naik begitu drastis. Sebelum laporan BPK, persepsi negatif terhadap Sri Mulyani hanya 45 persen, kini meningkat menjadi 65 persen.

BPK sudah mengumumkan kepada publik tentang banyak kejanggalan dan penyimpangan dalam proses penyelamatan Bank Century yang menelan biaya Rp 6,7 tirliun. Boediono dan Sri Mulyani dianggap mempunyai peranan yang sangat penting atau kunci dalam proses itu.

Kedua, tekanan publik semakin meningkat dan terus menggelinding dan mengarahkan target kepada mereka berdua. Karena, keduanya dianggap sebagai fihak yang paling bertanggung jawab dalam membuat kebijakan bail out itu. Dalam hal ini, Boediono menempati peringkat pertama dengan 56 persen, sedangkan Sri Mulyani peringkat kedua dengan 35 persen. Selanjutnya, 9 persen dialamatkan kepada tokoh, lembaga lain.

Para tokoh senior yang dihormati, secara terbuka telah meminta agar keduanya non aktif sementara, guna menghadapi prose pemeriksaan, yang sekarang ini mau-tidak mau kedua tokoh itu harus ikut bertanggungjawab.

Ketiga, tentu yang ikut memberatkan kedua tokoh itu,adalah perubahan fungsi keduanya, yang sebelumnya selaku profesional, mereka diharapkan sebagai solusi  bagi pemerintahan SBY, sampai periode 2009-2014. Tapi, kini malah menjadi beban, dan membuyarkan semua harapan, yang akan tumbuh bagi perbaikan ekonomi Indonesia.

Demikian laporan yang dibuat oleh LSI (Lingkar Survey Indonesia) Network, yang diterima berbagai media di Jakarta. LSI melakukan analisis terhadap media, seperti Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Media Indonesia, Republika, dan Seputar Indonesia, periode 16-30 Nopember 2009. (m/mi)

Foto : vivanews