Eramuslim.com – Baru-baru ini, dibongkar oleh pendiri Pondok Pesantren Al Zaytun bahwa ada oknum BIN jadi petinggi di Ponpes Al Zaytun.
Tak hanya itu, adik kandung Panji Gumilang pun punya peran penting di pesantren tersebut.
Pendiri Pondok Pesantren Al Zaytun Imam Supriyanto mengungkap bahwa ada oknum pegawai Badan Intelijen Negara ( BIN) yang turut menjadi anggota Badan Pendiri Ponpes Al Zaytun.
Oknum yang disebutnya berinisial MYR AS itu, kata dia, merupakan adik dari pimpinan Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang.
“Dia (MYR AS) dicantumkan itu oleh Pak Panji. Adik kandungnya Panji Gumilang,” ucap Imam dalam acara GASPOL! Kompas.com, Rabu (5/7/2023).
Masuknya nama oknum intelijen di Al Zaytun, ungkap Imam, berawal ketika Panji Gumilang ingin mengubah struktur Badan Pendiri sekitar tahun 2000-an.
“Kan Pak Haji Sarwani meninggal, nah Badan Pendiri tinggal saya sendiri, ditambah Panji Gumilang, lalu MYR AS, adiknya sendiri yang agen interpol di BIN, Abu Sabit dan Abdul Halim,” bebernya.
Menurut Imam, saat itu Panji Gumilang berdalih bahwa oknum anggota intelijen itu bisa memberikan kontribusi positif bagi Al Zaytun.
Diungkapkannya pula bahwa hanya dirinya dan Panji yang mengetahui latar belakang pekerjaan MYR AS.
“Pak Panji menjelaskan, nanti kalau Yusuf itu bergabung, Yusuf itu MYR AS, panggilan kecilnya Y. ‘Kalau Y itu bersama kita, nanti hubungan dengan luar negeri itu aman, baik, terus banyak koneksi kita ke mana-mana’,” kata dia.
“Yang tau kan hanya saya, dan ini dibuka baru sekarang-sekarang ini. Yang lain tidak ada yang tahu. Ini kan dibukan setelah mulai ada gejolak,” ucapnya.
Tak hanya di Badan Pendiri, ia menambahkan, MYR AS juga memiliki tugas penting sebagai Ketua Lembaga Kemakmuran Masjid.
Imam menjelaskan, setelah hubungannya dengan merenggang usai namanya dicoret dari struktur Badan Pendiri Al Zaytun, Panji mendirikan badan baru untuk mengantisipasi bahwa dirinya mengambil alih yayasan itu melalui gugatan perdata.
“Maka dia bikin lembaga lain supaya aset-asetnya bisa dipindah. Dan saya mendapat laporan bahwa semua setoran-setoran masuk ke Lembaga Kemakmuran Masjid,” ungkapnya.
Hingga kini, diungkapkan Imam, MYR AS masih menjadi anggota BIN aktif.
Selain sebagai Ketua Lembaga Kemakmuran Masjid, AS juga mempunyai tugas penting lain menjadi penghubung ke elite politik, salah satunya Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.
“Nah, informasi Pak Moeldoko ini, yang melanjutkan MYR AS untuk banyak komunikasi. Nah AS ini memang sudah membuat perangkat untuk mengamankan Al Zaytun,” ucapnya.
“Peralatan intelijen itu sudah cukup lengkap. Sampai alat untuk menge-jamming handphone, melancak sinyal. Kan kata Pak Panji ‘dalam 5 menit saya bisa tahu nomor handphone, ciri-ciri orang, siapa identitasnya’. Itu sudah canggih sekali, sampai buzzer dan sebagainya, sampai perangkat IT-nya. Jadi sudah seperti mau perang saja,” ucap Imam.
Kompas.com telah telah mencoba mengonfirmasi pernyataan Imam ke Juru Bicara BIN Wawan Hari Purwanto. Namun, hingga berita ini diturunkan, Wawan belum membalas pesan yang dikirimkan.
Selain itu, Kompas.com juga telah mengajukan pertanyaan kepada Panji Gumilang untuk mengonfirmasi sejumlah tudingan yang disampaikan Imam.
Namun demikian, Panji masih enggan memberikan keterangan atas pertanyaan yang telah diajukan.
Moeldoko Disebut Beri Panji Gumilang Akses ke Polisi jika Al Zaytun Diganggu
Pendiri Pondok Pesantren Al Zaytun Imam Supriyanto mengungkapkan bahwa Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko pernah memberi jaminan perlindungan kepada Al Zaytun.
Imam mengatakan, Moeldoko memberi akses bagi Panji Gumilang, pimpinan Al Zaytun, ke aparat kepolisian apabila pondok pesantren itu diganggu oleh pihak lain.
“Dengan kewenangan Pak Moeldoko, Pak Panji itu diberi akses, kapan waktu ada masalah, ada gangguan dari pihak luar, dari pihak mana pun yang mengancam keselamatan dan keamanan Al Zaytun kontak saja ke Kapolres, ke Kapolda, atau ke Mabes Polri,” kata Imam dalam program Gaspol! Kompas.com, Rabu (5/7/2023).
Imam mengaku tidak tahu alasan Meoldoko memberikan akses bagi Panji untuk meminta perlindungan dari polisi.
“Apakah memang dia tidak ngerti latar belakang Pak Panji, atau hanya tahu di permukaan saja,” ujar Imam.
Lebih lanjut, Imam menjelaskan bahwa Moeldoko pernah datang ke Al Zaytun untuk menghadiri acara bela negara bersama Gubernur Jawa Barat ketika itu, Ahmad Heryawan.
Setelah itu, Moeldoko pun kerap diundang untuk menghadiri acara-acara yang digelar di Al Zaytun.
Namun demikian, Imam menyebutkan, tawaran perlindungan dari Moeldoko baru disampaikan pada beberapa waktu terakhir, ketika mantan panglima TNI itu sudah menjabat sebagai KSP.
“Ketika sudah jadi KSP. Kan mulai Pak Panji itu mulai nyeleneh-nyelenehnya itu kan belakangan ini, mulai 2020 ke sini,” kata Imam.
Terpisah, Moeldoko telah berulang kali membantah tudingan yang menyebut dirinya sebagai “beking” di balik Pondok Pesantren Al Zaytun.
“Jangan mantan Panglima dibilangnya beking, emang gue preman apa? Enggak benar nih. Saya juga bisa marah, saya juga bisa marah,” ujar Moeldoko di Gedung Bina Graha, Jakarta, Senin (3/7/2023).
Moeldoko pun menjelaskan, ia pernah mendatangi ponpes yang dipimpin Panji Gumilang itu sejak masih menjabat sebagai Pangdam Siliwangi.
Kedatangannya ke sana untuk melihat secara langsung apa yang terjadi di ponpes tersebut.
“Begitu ada penyimpangan saya orang pertama yang bertindak,” katanya.
Moeldoko pun tak mempersoalkan bila Panji akhirnya diperiksa Bareskrim Polri beberapa waktu lalu. Sebab, sebagai warga negara, tidak ada istilah kekebalan hukum untuk siapapun.
“Ya periksa saja, kenapa, sebagai warga negara enggak ada kekebalan, siapa saja periksa saja. Saya sering tegaskan, saya sudah bicara ke Pak Panji Gumilang, ‘Hei macem-macem gue orang pertama yang akan beresin’, itu,” tegas Moeldoko.
NII Masih Lakukan Kaderisasi
Pendiri Pondok Pesantren Al Zaytun Imam Supriyanto mengungkapkan bahwa Negara Islam Indonesia (NII) masih aktif melakukan kaderisasi.
Ia menuturkan, ada 42 imam atau pimpinan NII yang melakukan kaderisasi, salah satunya adalah pimpinan Al Zaytun, Panji Gumilang.
“Masih ada perekrutan dan NII itu kan bukan hanya Pak Panji saja yang sekarang,” kata Imam dalam program Gaspol! Kompas.com, Rabu (5/7/2023).
Imam menuturkan, Al Zaytun awalnya juga didirikan sebagai salah satu program dari NII Komandemen Wilayah (KW) 9.
Imam menjelaskan, keberadaan NII di Indonesia sejak zaman Kartosuwiryo, kemudian berlanjut ke Kahar Muzakar, lalu dilanjutkan oleh Agus Abdullah, Abu Daud, dan Adah Jaelani.
Saat masa kepemimpinan Adah Jaelani itulah, NII yang tadinya hanya memiliki 7 wilayah komandemen, bertambah menjadi 9 wilayah komandemen.
“Wilayah komandemen 9 itu meliputi, Bekasi, Jakarta, Tangerang, dan Banten pada waktu itu,” tutur Imam.
Adapun KW 0 di wilayah Jakarta memiliki tugas atau misi merekrut sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berbasis akademis hingga jenjang pendidikan S-1, S-2, dan S-3. Dengan demikian, perekrutannya dilakukan sendiri oleh organisasi.
“Artinya, lulus dari lembaga pendidikan yang dibuat oleh komandemen wilayah 9,” tutur Imam.
Selain merekrut SDM yang berkualitas, misi dari wilayah Jakarta adalah menghimpun sejumlah dana. Nantinya, dana dari Jakarta akan digunakan untuk menyubsidi kegiatan NII di wilayah-wilayah lainnya.
“Karena tahu Jakarta ini kan sumber dana. Jadi wilayah 9 itu akan menyubsidi ke wilayah-wilayah yang lain, begitu,” tutur Imam.
Imam lantas menyebutkan, sebagai lembaga pendidikan maka Al Zaytun berada di permukaan dan dikenal masyarakat.
Artinya, pergerakan ponpes tersebut berbeda dengan pergerakan NII yang bersifat ‘bawah tanah’ setelah organisasi tersebut dinyatakan terlarang sejak 1962.
Akhirnya, dirancang program di mana generasi yang menempuh pendidikan di ponpes tersebut bisa bergaul dengan publik nasional maupun internasional.
“Nah, ini kan pendidikan akan diciptakan generasi kita ini supaya bisa bergaul di pergaulan nasional, maupun internasional. Artinya dia harus tahu perangkat hukum, perangkat politik dan sebagainya, sistem yang ada di permukaan,” tutur Imam.
Dengan kata lain, NII merancang agar alumni Al Zaytun bisa masuk di semua aspek kehidupan.
Untuk memperkuat sistem pendidikan tersebut, disusunlah program “one pipe education system” yang berjenjang sejak pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
“Semua aspek. Dan kita buat program yang namanya one pipe education system. Dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi. Itu satu generasi itu (menempuh pendidikan) 20 tahun kalau enggak salah,” ungkap Imam. “Itu Pak Panji yang buat. Karena dia yang memang bidangnya. Kira-kira seperti itu,” tambahnya.
Sumber: tribunnews