eramuslim.com – Denny Siregar pegiat media sosial, mengkritisi program makan siang gratis yang diklaim bergizi. Melalui akun media sosialnya, Denny mempertanyakan komponen gizi dalam menu yang disajikan.
Kritik ini muncul setelah beredarnya foto-foto menu makan siang gratis yang disediakan dalam program pemerintah.
“Dari gambar-gambar yang beredar di medsos tentang makanan bergizi gratis, aku jadi bertakon-takon, yang bergizi apanya ya?? Apa buahnya doang?”katanya, dikutip, Kamis (9/1/2025).
Beberapa netizen mendukung pandangan Denny, menyatakan bahwa menu tersebut tampak kurang seimbang dan tidak memenuhi standar gizi yang memadai.
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa inisiatif ini merupakan langkah positif dalam menyediakan makanan bagi masyarakat yang membutuhkan.
Diketahui, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah resmi diluncurkan pada 6 Januari 2025 sebagai salah satu program unggulan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming.
Program ini bertujuan meningkatkan kualitas gizi anak Indonesia dan memberikan kehidupan yang lebih layak bagi masyarakat. Pada tahap awal, program ini menyasar anak sekolah, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui di 190 titik pada 26 provinsi di Indonesia.
Namun, pelaksanaan program ini menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah keterlambatan distribusi makanan, seperti yang terjadi di PAUD Rasfaldi Mukhlishin, di mana makanan tiba menjelang waktu pulang sekolah sehingga tidak dapat dikonsumsi tepat waktu.
Selain itu, terdapat laporan mengenai larangan bagi siswa untuk memfoto makanan yang disajikan dalam program ini.
Menurut Badan Gizi Nasional (BGN), larangan tersebut bertujuan menjaga privasi dan mencegah penyebaran informasi yang tidak akurat terkait kualitas dan kuantitas makanan yang disediakan.
Meskipun demikian, program MBG diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi berbagai sektor, termasuk sektor barang konsumsi primer, unggas, produk olahan susu, logistik, dan agrikultur.
Peningkatan permintaan dari program ini berpotensi meningkatkan kinerja perusahaan-perusahaan di sektor tersebut.
(Sumber: Fajar)