eramuslim.com – Performa calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka usai menjalani debat cawapres terus menjadi perbincangan hangat ditengah masyarakat, terlebih saat Gibran mengeluarkan sejumlah istilah seperti hilirisasi digital.
Sontak pernyataan tersebut mengundang sorotan berbagai pihak, tak terkecuali pengamat politik Rocky Gerung.
“Gibran ini ketagihan istilah bahkan keracunan istilah dan pedantic,” katanya seperti dilansir tayangan YouTube Rocky Gerung Official.
Lebih lanjut Rocky Gerung mengatakan, saat debat Cawapres memang cukup bagus, namun orang akan melihat begitu dicek di lapangan apa yang disampaikan oleh Gibran bertentangan.
“Kita melihat bahwa publik banyak menemukan ketidak konsistennya dari paparan yang disampaikan oleh Gibran, apalagi soal istilah yang disampaikannya,” katanya.
“Jadi kita melihat bagaimana istilah itu dipamerkan tanpa adanya konsep di belakangnya dan hal tersebut setara dengan apa yang dilakukan oleh Pak Jokowi selama 9 tahun, semua istilah diumbar yang isinya gak ada,” sambungnya.
Menurut Rocky Gerung, Jokowi mengumbar mulai kartu sehat hingga kartu pintar, namun faktanya pengangguran dan stunting kita masih tertinggi di Asia.
Nah terkait itu, kata Rocky Gerung, jika hilirisasi digital disamakan dengan hilirisasi nikel, di mana dengan hilirisasi nikel seolah-olah dijadikan sebagai sebuah patokan. Sedangkan hilirisasi nikel sendiri, di mana nikel yang dibawa keluar negeri merupakan nikel yang bersih dan kotoran serta limbahnya ditinggalkan di Indonesia, jadi kita cuma dapat ampasnya.
“Kalau bicara hilirisasi merupakan sebuah proses di mana kita akan menunggu hasilnya di ujung, tapi kalau hilirisasi digital apa yang mau ditunggu di ujung, seolah-olah dengan hilirisasi semua bisa dibersihkan, tapi kotorannya tetap tinggal di kita,” katanya.
“Jika kita lihat tentang hilirisasi digital sebenarnya secara konsep saja sudah salah dan ambisinya apa itu, apa kita produksi dari semi konduktor hingga jadi smartphone, tentunya gak ada yang mampu melakukan hal itu,” tambahnya.
Rocky Gerung menilai, dalam debat tersebut Gibran sebenarnya hanya mau pamer atau istilahnya pedantic tapi tanpa tau isinya.
“Memang pamer ilmu pengetahuan itu penting dan bagus, namun kalau dia seperti tahu semua tapi sebelumnya tidak tahu itu namanya pedantic, seperti upaya orang mau naik kelas tapi gak sanggup,” tuturnya.
“Dalam debat, jangan menjebak orang dengan istilah-istilah yang baru didapat,” tandasnya. (Sumber: viva.)