Eramuslim.com – PDI Perjuangan merupakan satu-satunya partai pemilik tiket untuk mencalonkan pasangan presiden dan wakil presiden secara mandiri. Partai Banteng tidak butuh koalisi karena sudah mengantongi lebih dari 20 persen kursi di DPR.
Namun ketersediaan tiket itu justru menjadi awal dilema bagi PDIP. Bahkan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA sudah gamblang bagaimana Megawati Soekarnoputri sebagai Queen Maker dihadapkan pada dilema memilih Ganjar Pranowo atau Puan Maharani.
Di PDIP memang sudah terbelah menjadi dua kubu. Apalagi setelah Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul menempatkan Puan sebagai “Teh Botol Sosro”.
Artinya, Pacul memastikan Ketua DPR RI itu bisa dipasangkan dengan siapa saja di Pilpres 2024.
Hanya saja, Pacul menggarisbawahi bahwa dirinya tidak menghendaki Ganjar Pranowo yang dicalonkan sebagai capres.
Di satu sisi, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengurai bahwa partainya akan mencalonkan presiden di Pilpres 2024. Ini lantaran amanah yang telah diberikan rakyat yang sangat besar hingga akhirnya PDIP mengantongi tiket Presidential Threshold.
Pendapat ini tentu agak bertentangan dengan “Teh Botol Sosro” yang digemborkan Pacul.
Sementara survei LSI Denny JA sendiri mengurai dilema yang dihadapi Megawati atas dua kubu tersebut.
Kurang lebih LSI Denny JA ingin menyampaikan bahwa Megawati bisa saja mencalonkan Puan Maharani di pilpres, baik sebagai capres maupun cawapres.
Tapi keputusan itu bisa membuat PDIP kalah di pemilu, baik pilpres maupun pileg, lantaran elektabilitas Puan yang minim.
Di satu sisi jika mencalonkan Ganjar Pranowo, Megawati berpotensi membawa PDIP menang di pilpres maupun pileg.
Tapi, PDIP berpotensi kehilangan trah Soekarno dalam memimpin partai karena Ganjar punya potensi mengambil alih partai saat jadi presiden.
Namun yang disayangkan, LSI Denny JA kurang memasukkan satu variabel lain dalam surveinya. Yaitu dorongan Presiden Joko Widodo maju untuk periode ketiga.