Bentrokan yang terjadi antara kelompok beratribut Front Pembela Islam dengan Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) ternyata bukan saja menjadi perhatian masyarakat dalam negeri, tetapi juga negara lain. Wakil Ketua Komisi III DPR Soeripto menyesalkan, sikap Kedutaan Besar Amerika serikat yang mengeluarkan pernyataan pers soal bentrokan di Monas.
"AS tidak usah ikut campur urusan dalam negeri Indonesia. Apapun yang ada di tanah air, jangan ikut campur, " tegas anggota FPKS ini, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (3/6).
Pemerintah Indonesia melalui Departemen Luar Negeri diminta mengeluarkan nota diplomatik untuk peringatan dan kecaman terhadap Amerika Serikat atas pernyataannya.
Insiden Monas yang terjadi pada Ahad lalu, diduga ada yang memprovokasi, Mantan Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) itu mencurigai adanya intelijen asing yang menyusupi aksi FPI.
"Provokasi itu kadang ada di sebuah organisasi. Misalnya Al-Qaidah yang melakukan tindakan kekerasan itu sudah disusupi intelijen CIA dan Mosad, kemungkinan FPI juga bisa, " katanya.
Dalam kesempatan itu, Soeripto mengatakan, bentrok di Monas bukan untuk mengalihkan isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Kalau memang ada kerja intelijen, ini kerja intelijen yang bodoh, karena tidak berhasil mengalihkan isu BBM. BBM itu urusan perut rakyat, itu laten dan tidak mudah untuk dialihkan, " pungkasnya.(novel)