#Survey. Karakteristik populasi seperti untuk survey pemilihan menggunakan mekanisme “stratified sampling” – jangan kagum thdp istilah canggih tsb krn bisa sangat rawan kesalahan atau sangat rawan penyimpangan subyektivitas peneliti.
18. #Survey. #Survey. Karakteristik populasi seperti untuk survey pilpres, pileg, dan pilkada menggunakan mekanisme “stratified sampling” – jangan kagum thdp istilah canggih tsb krn bisa sangat rawan kesalahan atau sangat rawan penyimpangan subyektivitas peneliti.
19. #Survey. Kredibilitas survey/peneliti dinilai dari seberapa besar ketepatan hasil survey perilaku sampel dengan hasil perhitungan ril (perilaku seluruh populasi) – bukan dari seberapa kesesuaian predikisi Pemenang pilkada.
20. #Survey. Kita sering disajikan marjin Error. Marjin error dalam statistik biasa disebut galat. Artinya ketepatan bias ke atas dan ke bawah dari titik perkiraan hasil survey sampel. Marjin error hasil sampling tdk otomatis sama dengan dengan angka hasil akhir pilkada.
21. #Survey. Angka marjin error baru ada gunanya jika memang proses rancangan penelitian, rancangan pertanyaan, proses sampling betul2 menggunakan kaidah2 ilmu statistik yg prudent dan dilakukan secara obyektif. Jika tidak maka semua hasil survey adalah KEBOHONGAN.
22. #Survey. Terdapat 3 penyebab terjadinya bisa anatara hasil survey dg hasil perhitungan: 1) “perkayasaan” metode survey, 2) kesalahan metodologi yg tdk disengaja, dan 3) perubahan perilaku populasi yg sangat drastis setelah survey dilaksanakan.
23. #Survey. “Perkeyasaan” hasil survey dilakukan dg seakan ilmiah dg cara mengarahkan rancangan penelitian, rancangan pertanyaan, dan sampel yg dipilih untuk menguntungkan pihak yg “memesan” survey. Cara inilah yg murni KEBOHONGAN gunakan statistik sebagai alat.
24. #Survey. Bias jenis kedua bisa terjadi adalah kesalahan rancangan penelitian, rancangan pertanyaan, dan pengambilan sampel yang salah. Bias yg seperti ini disebut KEBODOHAN lembaga survey atau peneliti. Ini merugikan semua pihak.
25. #Survey. Bias jenis ketiga adalah terjadinya perubahan drastis prilaku populasi setelah dilakukan survey. Ini sangat mungkin terjadi. Jika ini terjadi maka surveyor harus membuka asumsi2 yg digunakan saat survey dilakukan apakah mmg terjadi perbedaan signifikan.
26. #Survey. Untuk menilai profesionalisme lembaga survey dilihat seberapa jauh kemampuan menghindari bias jenis 2 dan 3. Sedangkan KREDIBILITAS dilihat seberapa jauh surveyor atau peneliti untuk tidak melakukan rekayasa penelitian – bisa 1
27. #Survey. Setiap pengumuman hasil survey selalu disajikan : 1) jumlah sampel, 2) metode sampling, 3) hasil survey, 4) marjin error, 5) kata2 : jika pemilihan dilakukan hari ini maka hasilnya …… inilah salah satu cara disclaimer lembaga survey
28. #Survey. Semua pengumuman tersebut tdk bisa membuka apakah survey tersebut dilakukan secara obyektif atau krn pesanan atau tujuan subyektif krn survey yg direkayasa atau tidak metode statistiknya seakan sama saja – cuma beda dalam rancangan dan proses samplingnya.
29. #Survey. Dalam demokrasi kapitalis atau istilah saya #demokrasicukong, terdapat 4 faktor penentu kemenangan : 1) pemodal, 2) lembaga survey, 3) Media Massa, dan 4) pemilih. Pemilih bisa diarahkan lewat faktor 1, 2, 3 dan/atau lewat kekuasaan.
30. #Survey. Dengan posisi spt itu, banyak pihak yg bersedia membayar lembaga survey yg bisa direkayasa untuk digunakan sbg : 1) mencari cukong, 2) mengarahkan pemilih, 3) membangkitkan semangat tim, 4) “mengancam” penyelenggara agar sejarah dg hasil survey.
31. #Survey. Yang manjadi masalah utama adalah bhw tidak sedikit lembaga survey bertindak sebagai konsultan politik calon. Jika ini terjadi maka sangat sulit dipercaya bhw lembaga survey tsb bersifat obyektif dan netral.
32. #Survey. Jika ada lembaga survey lebih bangga mengumumkan kesesuaian perkiraan kemenangan calon hasil survey dg hasil perhitungan nyata maka dapat diduga bhw lembaga tersebut lbh berperan sebagai konsultan politik bertopeng lembaga survey.
33. #Survey. Hasil survey yg ramai dibicarakan setelah pilkada adalah perbedaan sangat jauh antara hasil survey lembaga survey sblm pilkada dengan hasil Quick count di Jawa Tengah dan Jawa Barat khusus by perolehan suara pasangan SS-IF (Jateng) dan pasangan Asyik (Jabar).