Eramuslim – Di media sosial singkatan alias kepanjangan dari BEM diplintir. Dari “Badan Eksekutif Mahasiswa” menjadi “Barisan Emak-emak Militan”.
BEM diplintir jadi Barisan Emak-emak Militan karena di zaman now saat ini, kritis dan militansi kaum ibu menyuarakan penderitaan masyarakat bawah, dinilai jauh lebih nyaring ketimbang suara insan intelektual, mahasiswa.
Seperti di akun media sosial seperti Facebook dan Twitter, emak-emak terus bersuara dan memprotes soal kenaikan harga-harga bahan pokok, kenaikan harga BBM dan melonjaknya tarif listrik.
Sementara suara mahasiswa yang biasanya kencang, kini kurang terdengar. Mahasiswa seolah kehilangan identitas yang sering melekat kepada mereka yaitu rasional, cerdas dan peduli.
Namun, kecurigaan itu sedikit terbantahkan dengan aksi ribuan mahasiswa dari Universitas Islam Riau (UIR) yang menjebol pagar DPRD Riau dan berhasil menduduki ruang rapat paripurna gedung DPRD Riau, Senin kemarin (10/9).
Dalam aksi mahasiswa UIR dari Pekanbaru itu, mereka menyuarakan tiga tuntutan. Pertama, meminta pemerintah pusat untuk menstabilkan perekonomian negara yang berimbas terhadap masyarakat menengah ke bawah dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Mereka menyoroti tentang naiknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Kedua, pemerintah agar tidak membatasi hak demokrasi dan konstitusi bagi setiap warga negara melalui kekuatan yang dimilikinya. Ketiga, menuntaskan kasus korupsi di PLTU Riau-I yang menyebabkan kerugian negara dan telah menyengsarakan rakyat. (rmol)