Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin meminta agar pemerintah dapat mendengar masukan yang berasal dari berbagai ormas-ormas Islam, sebelum menentukan keputusan dalam sidang itsbat penentuan awal bulan Ramadhan.
"Sidang itsbat harus betul-betul itsbat, ada diskusi dan pembahasan, karena selama ini lazimnya masih kurang, tapi kemudian pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan, "tukasnya usai Pembukaan Simposium Internasional "Upaya Penyatuan Kalender Islam Internasional’, di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Selasa malam (4/9).
Menurutnya, seharusnya pemerintah dapat mengayomi seluruh ormas Islam yang ada di Indonesia, walaupun memiliki pandangan yang berbeda dalam penentuan awal Ramadhan dan Syawal.
Din menyatakan, meskipun Muhammadiyah sudah menetapkan awal Ramadhan 1428 Hijriah pada 13 September 2007, akan tetapi wakilnya dari Majelis Tarjih akan hadir dalam sidang itsbat yang akan digelar pada 11 September mendatang.
"Sepertinya untuk Ramadhan sudah tidak ada masalah, shalat tarawih akan dimulai pada tanggal 12 malam, Muhammadiyah tinggal menentukan perhitungan 1 Syawal-nya, "ungkapnya.
Mengenai terobosan baru yang dilakukan oleh pemerintah melaporkan pencarian hilal secara online, Din mendukung penggunaan teropong hilal yang dipasang di lima titik itu, namun kalaupun masih saja terdapat perbedaan hal itu tidak dijadikan pertentangan.
"Karena cuaca saat ini berubah-ubah akibat perubahan musim dan pemanasan global, jadi bisa saja tidak terlihat pada tanggal yang bersamaan, "jelasnya.
Untuk membahas perbedaan sistem penanggalan dalam kalender Islam, pertama kalinya Muhammadiyah menggelar Simposium Internasional "Upaya Penyatuan Kalender Islam Internasional" dengan mengundang para ahli dan pemimpin Islam dunia. Acara yang berlangsung pada tanggal 4-6 September itu dihadiri oleh ahli bidang falak syar’i dan falak ilmi antara lain, Prof. Dr. Muhammad Ilyas dari Malaysia, Prof. Dr. Muhammad Ahmad Sulaiman dari Mesir, Dr. Muhammad Syawkat Odeh dari Emirat Arab, Dr. Jamaludin Abdurrazik dari Maroko, Dr. Monzur Ahmed dari Inggris, Dr. Zaki al-Mustafa dari Saudi Arabia, serta beberapa perwakilan dari ormas-ormas di Indonesia. Sedangkan Dr. Sheikh Yusuf Al-Qaradhawi batal hadir, karena sedang mengadakan perjalanan ke Mesir.(novel)