Konferensi internasional ‘Freedom and Right of Return Palestine and 60 Years of Ethnic Cleansing’ menghasilkan enam pernyataan. Pernyataan itu pada intinya memuat dukungan bagi dikembalikannya hak-hak bangsa Palestina yang telah dirampas oleh zionisme Israel.
Pernyataan sikap itu dibacakan langsung oleh Ketua Panitia Konferensi Mujtahid Hashem, sebelum acara ini ditutup, Kamis petang, di Wisma Makara, Universitas Indonesia, Depok.
Rekomendasi konferensi tentang pertama mendesak seluruh negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar segera memberikan sanksi berupa pemboikotan secara ekonomi maupun diplomatis, untuk menentang Israel.
"Kedua, mendesak dunia internasional agar membawa zionis Israel ke Mahkamah Internasional, karena telah melakukan tindakan kriminal yang hingga kini masih berlangsung, " tegasnya.
Ketiga, lanjut Hashem, mendesak agar seluruh pengungsi Palestina bisa mendapatkan haknya kembali ke tanah Palestina sesuai dengan Resolusi PBB 194 sebagai penghormatan atas hak-hak mereka. Keempat, mendukung konsep satu negara di tanah Palestina, yaitu negara Palestina melalui referendum oleh warga Palestina di mana seluruh agama dan etnik memiliki hak yang sama.
Kemudian pada poin kelima, memperingatkan pemerintah Indonesia sebagai negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia agar partisipasinya dalam pembicaraan perdamaian Israel-Palestina yang disponsori Amerika Serikat, tidak merugikan bangsa Palestina.
"Poin terakhir, membuat sebuah jaringan dengan melibatkan organisasi internasional yang mendukung hak rakyat Palestina, serta kemerdekaan dari pendudukan zionis Israel, " tambahnya.
Sebelumnya, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, yang turut menjadi pembicara dalam acara tersebut, mengatakan Indonesia masih belum bisa melepaskan diri dari AS yang menjadi salah satu pendukung Israel. Menurutnya, Indonesia hingga kini masih konsisten mendukung kemerdekaan Palestina. Namun, hal itu bukan berarti harus memutus hubungan dengan Amerika Serikat. "Kita masih butuh Amerika Serikat, dalam hal teknologi, pendidikan dan ekonomi, " ujarnya.
Mengenai sejumlah pihak mengeluhkan bahwa Indonesia dianggap kurang maksimal dalam membantu Palestina, dia tidak sepenuhnya setuju.
Karena, lanjutnya, Indonesia sudah berupaya mendukung, misalnya dengan pernyataannya mendukung Palestina dalam forum nasional maupun internasional.
"Bantuan lainnya, seperti materi, terkendala faktor jarak dan keadaan ekonomi Indonesia yang masih sangat terbatas. Dengan ketegasan Indonesia mendukung Palestina, warga Palestina begitu menghargai sikap kita, " tambah Hasyim.
Hasyim mengatakan, sejumlah konferensi seperti yang diselenggarakan oleh Voice of Palestine bekerjasama dengan UI ini merupakan sebuah langkah positif untuk kemajuan Palestina. (novel)