Fahira mengungkapkan, saat ini terjadi penurunan pemaknaan cinta Pancasila dan NKRI yang sangat mengkhawatirkan karena ada sekelompok masyarakat yang dengan percaya diri menyatakan diri paling Pancasila dan paling cinta NKRI, sementara kelompok yang lain anti Pancasila dan NKRI hanya karena berbeda pendapat, pandangan, dan kritis terhadap pemerintah.
Pengadangan terhadap Ustadz Abdul Somad, lanjut Fahira, selain bentuk kegagalan berpikir juga adalah bentuk arogansi mengatasnamakan Pancasila dan NKRI.
“Memaksa Ustadz Somad ikrarkan kebangsaan apalagi disertai intimidasi, ancaman, dan kata-kata kasar oleh gerombolan orang yang sama sekali tidak punya otoritas untuk itu adalah tindakan yang sangat merendahkan,” tandas Fahira.
Selama ini, yang mengundang Ustadz Abdul Somad berceramah itu mulai dari pejabat negara, kepala daerah, bahkan satuan-satuan TNI di daerah, hingga kelompok pengajian biasa dari seluruh Indonesia. Mana mungkin mereka mengundang Ustadz Somad kalau beliau Anti NKRI,” sambung Senator Jakarta ini.
Kecintaan Ustadz Somad terhadap NKRI, menurut Fahira, bukan lagi sekedar teriak-teriak saya Pancasila saya NKRI, tetapi sudah diamalkan. Ustadz Somad, rutin turun ke desa-desa terpencil mengajarkan cinta tanah air kepada anak-anak bangsa.
“Sekarang saya mau tanya, apa yang sudah dilakukan orang-orang yang mengadang Ustadz Somad terhadap NKRI dan Pancasila? Inilah akibat jika merasa diri paling NKRI, paling pancasilais sehingga orang yang berbeda pendapat dan pandangan dianggap tidak cinta NKRI dan Anti Pancasila. Paradigma seperti ini sangat berbahaya bagi keutuhan kita sebagai sebuah bangsa,” jelas Fahira.
Oleh karena itu, sambung Fahira, kepolisian harus melakukan tindakan hukum terhadap otak dibalik kejadian yang bisa memicu keresahan umat ini.
“Saya juga meminta kepada semua umat Islam untuk tenang, tunjukkan kita lebih dewasa menyikapi perbedaan pendapat, pandangan dan keyakinan,” pungkasnya. (Swa/Ram)