“Tapi saat itu aku mimpi aneh. Jadi waktu itu, aku ketiduran jam 04.00 sore, aku lihat diri aku terbaring, dan aku seperti terbang tinggi sekali,” kata Dr Tirta menceritakan prosesnya menjadi mualaf seperti dikutip dari Hops.id, Selasa (26/5/2020).
Saat terbang, lanjut dr Tirta, dirinya dijaga oleh dua orang berbaju putih dan bercahaya. Penjaga itu lalu mengarahkan Dr Tirta untuk menuju ke sebuah rumah berwarna hijau dan di sana terdapat keranda mayat berwarna hijau serta sembilan orang.
Kesembilan orang itu memakai sorban. Di mana, dia tahu beberapa di antara sembilan orang itu salah satunya adalah imam besar di Makkah, dan pemimpin pondok pesantren yang dia kenal.
“Di situ aku disuruh duduk dan tiba-tiba orang yang ada di dalam keranda itu bangkit, wajahnya bersinar banget, parah,” terang dr Tirta.
“Dia tidak berkata apa-apa, namun hanya menitipkan surat ke kantong meja dan menghilang,” kisah dr Tirta.
“Salah satu kiyai yang ada di rumah tersebut bilang ke aku, suatu saat kamu tahu tugasmu akan besar. Kemudian saya terbangun dan pas Maghrib.”
Setelah kejadian itu, dr Tirta mulai mendengar kejadian azan tiap jam 09.00 pagi dan jam 12.00 siang. Kejadian itu lalu dia ceritakan kepada ayahnya.
“Bapak cerita saat umrah berdoa untuk mengarahkan aku untuk mendapatkan yang terbaik. Dan sejak saat itu, saya memutuskan masuk Islam,” katanya.
Cerita soal identitasnya menjadi seorang mualaf juga pernah diceritakan dr Tirta saat lulusan kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) itu mengisi podcast Deddy Corbuzier.
“Sama-sama belajar muslim melalui mualaf, sama-sama ngegas, semoga ini bukan obrolan pertama kita, dan terus kolaborasi,” tulis dr Tirta kala berfoto bareng eks-suami Kalina tersebut. (*)