Seminar tentang Syiah di Jakarta Gagal karena Teror

Rencana seminar berjudul ‘Menghadapi Makar Syiah dalam Revolusi dan Akidah’ di Masjid As-Sholihin, Sabtu (30/4) Jakarta Timur akhirnya gagal. Ketua pengurus masjid menyerah karena tak kuat menahan sejumlah teror dari orang tak dikenal.

Pihak penyelenggara yang tergabung dalam Gema Salam atau Gerakan Mahasiswa untuk Syariat Islam awalnya yakin acara tersebut bakal terselenggara. Selain sudah mendapat persetujuan dari pengurus masjid, semua undangan ke pihak pembicara, ormas Islam, dan media massa pun sudah disebar. Bahkan, sebagian besar undangan sudah menyatakan akan hadir.

Menurut panitia penyelenggara, Haidar, “Kekisruhan mulai terjadi justru sehari sebelum pelaksanaan acara berlangsung.”

Menurut Haidar, pada Jumat (29/4) sore, panitia diminta menemui ketua pengurus masjid, H Rustam Mahadji Tandjung yang masih berlokasi di kawasan Condet Jakarta Timur. Ternyata, di tempat tersebut sudah hadir beberapa jajaran teras pengurus masjid dan seorang petugas Bimas dari Polsek Kramat Jati.

Saat itulah, masih menurut Haidar, ketua pengurus masjid mengakui kalau dirinya dapat banyak teror. “Haji Rustam tampak tertekan dan sambil terbata-bata menceritakan kalau dia diteror melalui telepon langsung dan sms ke ponselnya,” tutur Haidar. Padahal, dari pihak kepolisian sebagaimana disampaikan Aang Suhana (Bimas Polsek) kepada panitia bahwa Polsek sudah menerima surat pemberitahuan penyelenggaraan acara seminar tersebut dan siap mengerahkan personil keamanan saat acara berlangsung.

Namun demikian, pihak pengurus tetap bersikukuh agar acara tersebut dibatalkan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Akhirnya dengan berat hati Pihak Panitia Gema Salam pun mau tidak mau harus membatalkan acara tersebut.

Sementara itu, para pembicara yang sedianya hadir menyampaikan materi dalam seminar tersebut tak ketinggalan memberikan tanggapan. Ustadz Hartono Ahmad Jaiz menuturkan, “Dakwah tidak kondusif, tapi aliran sesat malah kondusif, hal seperti ini harus diwaspadai dan umat Islam perlu menyadari bahwasanya aqidah ini sudah terancam, ini keadaan yang kurang menguntungkan bagi umat Islam.”

Bahkan, menurut Hartono, umat Islam perlu menyadari bahwa saat ini kesesatan justru sudah ngelunjak! Sehingga dakwah menyampaikan kebenaran jadi terhalangi, dan yang merusak Islam malah bisa berjalan eksis. “Ketika pihak MUI sudah memberikan pernyataan untuk dibubarkan, tetap saja susah, seperti Ahmadiyah misalnya,” ucap Hartono.

Hal senada juga disampaikan calon pembicara yang lain, Ustadz Anung Al Hamat Lc. Selain menyatakan kekecewaan pembatalan acara tersebut, menurut Haidar, beliau menyampaikan kalau Syi’ah memang sudah di ujung kekalutan dan ketakutan terbongkarnya kesesatan mereka.

Tak jauh berbeda, tanggapan juga disampaikan pembicara dari Gema Salam, Abu Asybal Usamah. Menurutnya, “Semoga ini merupakan efek dari dakwah ihqoqul haq wa ibtholul bathil, orang-orang mengira masalah Syi’ah adalah masalah konflik timur tengah yang tidak perlu dibawa ke sini. Padahal umat sudah seharusnya sadar bahwa apa yang terjadi di timur tengah itu imbasnya ke seluruh umat Islam di dunia dan kita mempunyai tanggung jawab bersama menolong umat Islam di mana pun dan membongkar makar Syi’ah ini sebagai upaya preventif untuk membentengi umat Islam khususnya di Indonesia. Ancaman dan tekanan yang dilakukan oleh pihak luar menjelang pelaksanaan acara ini jelas merupakan bentuk terror.”

Abu Asybal juga mengingatkan, “Syi’ah mempunyai latar belakang Revolusi dan politik yang perlu diwaspadai, mereka bermain secara halus membonceng pluralislme dan liberalisme serta melakukan pendekatan kepada elite penguasa.”

Namun begitu, Gema Salam tetap berencana akan menyelenggarakan seminar tentang Syiah tersebut. “Kami mewakili Gema Salam mohon maaf kepada pihak yang sudah dikecewakan atas pembatalan acara tersebut, insya Allah dalam waktu dekat kita sedang mempersiapkan penyelenggaraan acara seminar Mengahadapi Makar Syi’ah dalam Revolusi dan Aqidah di tempat lain, karena kita insya Allah tidak akan menyerah dengan tekanan apa pun!” tegas panitia. Mh/hdr