Berdasarkan sejumlah survei ditemui beberapa pengguna narkoba berasal dari kalangan santri. Mulai merambahnya peredaran barang haram dan berbahaya melalui jalur pesantren itu, perlu diwaspadai oleh para pengasuh dan pendidik pondok pesantren
“Dari beberapa survei, saya melihat bahwa beberapa gelintir
pengguna obat-obatan (narkoba) berasal dari pesantren. Ini harus
menjadi perhatian, ”ungkap Sekretaris Jenderal Pengurus Besar NU
Endang Turmudi pada pembukaan Pelatihan Peningkatan
Kemampuan dalam Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya
Narkoba, di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Kemarin.
Ia mengaku sangat prihatin dengan makin pesatnya fenomena
penyalahgunaan zat adiktif itu, dan hal ini harus menjadi
perhatian, khususnya bagi warga Nahdlatul Ulama (NU).
“Para tahanan di Indonesia merasa lebih mudah mendapatkan
obat-obatan. Ironi yang harus menjadi perhatian banyak pihak. Ini
juga menyangkut sindikat internasional, ” terangnya.
Karena itu, Endang menyambut baik pelatihan yang diikuti para
santri dari 12 ponpes NU se-Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi dan Yogyakarta. Menurutnya, kalangan pesantren juga
perlu dibekali pengetahuan tentang pencegahan narkoba.
Lebih lanjut Ia mengatakan, PBNU akan menggalang dukungan
dengan para ahli, dokter untuk mengatasi penyalahgunaan
narkoba, khususnya, para pecandunya.
Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Narkoba itu merupakan hasil kerja sama Pengurus Pusat Lembaga Pelayanan Kesehatan NU dengan The Colombo Plan.
Di tempat yang sama, Staf Senior Program Pengawasan Narkoba
The Colombo Plan, Freddie Jayawardena, mengatakan, pelatihan
tersebut diselenggarakan untuk memberikan pencerahan kepada
kalangan pesantren.
Melalui pelatihan tersebut, tambahnya, diharapkan para santri
dapat melakukan hal yang sama pada komunitasnya dalam upaya
pencegahan penyalahgunaan narkoba.
“Melalui pendekatan terhadap santri atau kiai, sangat penting di
Indonesia. Karena Indonesia merupakan negara yang mayoritas
penduduknya muslim, ” ujar Freddie.
Sebelumnya, Wakil Ketua PP LPKNU, dr Wan Nedra, mengatakan,
diselenggarakannya pelatihan tersebut juga untuk mendapatkan
masukan bagi formulasi visi dan misi pengembangan kemampuan
para peserta dan pesantren sebagai media center penanggulangan
bahaya narkoba.
12 ponpes yang terlibat dalam pelatihan itu, antara lain, Ponpes
Nurudholam, Al-Muhajirin (Jakarta Utara), Darunnajah (Jakarta
Selatan), Azziyadah, Darussalam (Jakarta Timur), Avicenna
(Jakarta Pusat), Asshiddiqiyah, Madinatunnajah (Tangerang),
As-Shiriyah Nurul Iman (Bogor), Yapink (Bekasi), Al-Hamidiyah
(Depok) dan Al-Munawir (Yogyakarta). (novel/nu.ol)