Eramuslim.com – Pemerintah dinilai telah mengabaikan cita-cita perjuangan reformasi 98. Demokrasi Indonesia juga dirasa sudah sangat mundur.
Begitu dikatakan Ketua Sekretariat Bersama Aktivis untuk Indonesia (Sekber Aktivis UI), Ari Wibowo dalam surat elektronik yang dikirimkan ke redaksi, Sabtu (12/11).
Sekber adalah kumpulan aktivis 98 dari berbagai organisasi mahasiswa yang dulu menentang era orde baru.
Tadi malam, mereka berkumpul di Tugu Proklamasi. Ada tiga poin utama yang dibahas. Pertama, Supermasi Hukum, kedua adalah Selamatkan Demokrasi dan ketiga Melawan Tirani.
“Hukum saat ini sudah menjadi barang dagangan sehingga tumpul ke atas tajam ke bawah. Contohnya adalah kasus Ahok, pemerintah tidak serius melakukan penegakan hukum,” kata Ari.
Dia melanjutkan, tiga poin yang harus dikawal ini karena rezim ini sudah melenceng dan mundur dalam menjalankan tatanan negaranya. Demokrasi semakin terancam, rezim tirani semakin mengancam. “Kami serukan kepada segenap elemen bangsa, untuk bersatu dan merapatkan barisan, demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesi untuk bersama-sama,” tegasnya.
Kami juga meminta hukum yang adil dan transparan tanpa pandang bulu. Termasuk dalam penanganan kasus penistaan Agama yang menimpa Basuki Tjahya Purnama, yang dinilai lamban.
“Menyelamatkan demokrasi dari otoriterianisme ketidakadilan yang merusak kehidupan berbangsa dan bernegara.”
Ari mengatakan, acara ini bisa berujung pada aksi massa jika pemerintah terus berdiam diri tidak menunjukan perubahan apapaun. “Bisa saja kami aksi kembali jika tidak ada progres apapun dari pemerintahan Jokowi ini,” ujarnya.
Rezim tirani juga terkesan mulai bangkit, gaya ala orde baru dengan pendekatan represif sepertinya menjadi cara pemerintah saat ini dalam mengawal proses demonstrasi yang hadir oleh jutaan demonstran umat Islam.
Malam keprihatinan Aktivis yang diselenggarakan Sekber Aktivis Untuk Indonesia (Sekber UI) dihadiri oleh berbagai lintas angkatan aktivis, lintas ideologi dan lintas organisasi. Hadir Bang Ima Soerio Koesoemo (Ketua ILUNI UI) Angkatan 75, Salim Hutajulu (aktivis Malari) Angkatan 70, Sri Bintang Pamungkas Angkatan 65, Ari Wibowo Angkatan 98 (Ketua Sekber Aktivis), Mulyadi Tamsir (Ketua PB HMI), Said Iqbal (Ketua KSPI), Fahri Hamzah (Aktivis 98), Indra J Piliang (exponen 98) dan Hidayat Matnur (Sekjen ILUNI).
Sekjen ILUNI UI, Hidayat Matnur membenarkan dukungan penuh kepada SEKBER Aktivis dalam menjalankan malam keprihatinan aktivis. ILUNI UI menjadikan malam
keprihatinan aktivis ini sebagai bagian dari renungan hari Pahlawan.
Tugu Proklamasi sangat cocok, ada historisnya. kami akan mengadu kepada pendiri Bangsa terhadap kondisi yang terjadi akhir-akhir ini terutama lambannya proses hukum terhadap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan hukum yang hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Kita akan mengadu kepada pendiri bangsa bahwa “Pemerintah Jokowi telah Abai Dalam Kasus Ahok dan Penistaan Agama.
Koordinator Jaringan SEKBER Aktivis UI yang menjadi MC, Subhan Rafei menjelaskan bahwa perizinan keramaian dan perizinan tempat sudah diselesaikan oleh panitia. Insya Allah, kita adakan malam keprihatinan dengan sesuai aturan yang berlaku. Kenapa dilarang-larang.
Agenda utama malam keprihatinan adalah Tegakkan Supremasi Hukum, Selamatkan Demokrasi dan Lawan Tirani. Agenda lainnya adalah malam keprihatinan ini mendukung ulama dan elemen bangsa lainnya untuk melakukan aksi pada 25 Nov mendatang.(ts/rmol)