Sejumlah organisasi Islam bersama kelompok etnik lokal di Provinsi Sumatera Utara menentang rencana kegiatan Konferensi Agama Konghucu se-Dunia yang akan digelar 22 hingga 26 Juni 2012 di kampus IT&B Jalan Mahoni Medan. Penolakan disampaikan dalam pertemuan di Kantor Majelis Ulama Indonesia Medan, Kamis sore, 7 Juni 2012.
Kelompok penentang berdalih, kegiatan itu mengesampingkan kearifan lokal. “Di negara asalnya saja, China, kegiatan Konghucu ditolak,” kata Anwar Bakti Nasrullah, dari Muhammadiyah. Ia menambahkan, penolakan kegiatan itu juga karena persentase umat Konghucu di Medan, sedikit. “Berapa persen umatnya juga belum diketahui di Kota Medan,” ujar dia.
Jumat pekan lalu, massa penentang acara ini menggelar aksi unjukrasa di depan Kantor Wali Kota Medan. Aksi dilakukan dengan membakar ban bekas.
Ketua Majelis Ulama Indonesia Medan Muhammad Hatta masih enggan berkomentar soal hasil rapat soal Konghucu ini. “Karena ini masalah krusial, Senin (depan) saja, kami akan sampaikan kepada wali kota,” kata Hatta kepada Tempo, usai memimpin pertemuan.
Ketua Majelis Tinggi Konghucu Indonesia (Matakin) Sumatera Utara, Djohan Adjuan mengatakan, kegiatan itu akan diikuti sekitar 100 umat Konghucu, cendekiawan dan profesor dari sejumlah negara, seperti Inggris, Kanada, dan Jerman. Djohan mengatakan, kegiatan itu juga untuk mendukung program mendatangkan wisatawan mancanegara yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan. “Kami saling berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata,” kata Djohan. Soal penentangan kegiatan itu, Djohan hanya mengatakan, “(kegiatan) Ini untuk kebaikan bangsa.”
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan Busral Manan secara terpisah mengatakan, pihaknya pada pertengahan bulan ini akan menggelar pertunjukan Barongsai untuk memecahkan rekor Muri. Namun ia mengaku tak tahu soal kegiatan keagamannya. “Soal itu (agama) kami tidak tahu,” kata Busral.(fq/tmp)