Jasad manusia menjadi sasaran hakiki puasa, yaitu dengan tidak melakukan makan, minum dan berhubungan badan di waktu siang. Berlapar-lapar di siang hari ini bagian pendidikan yang dilakukan Allah karena selama 11 bulan jasad menjadi orientasi kehidupan seorang manusia.Kini selama sebulan Allah mengajarkan kesederhanaan atau makan sekedar atau secukupnya.
Urusan kesederhanaan ini terkait erat dengan keberadaan syahwat dan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa manusia (inherent). Syahwat yang merupakan kegandrungan dan kecintaan manusia pada hal-hal yang berbau kebendaan dilambangkan dengan harta, tahta dan wanita. Syahwat cenderung serakah (greedy) terhadap yang berbau kebendaan. Sedangkan hawa nafsu meliputi aspek sombong, iri hati, dengki, marah,sombong, diupayakan dijaga atau dikendalikan.
Sehingga di dalam fiqih, kita mengenal 6 hal yang membatalkan puasa. Mulai dari makan minum, jima atau berhubungan badan, keluar mani, muntah, berniat serta haidh.
Sedangkan hal-hal yang membatakan pahala puasa adalah berbohong, marah, memaki atau mengumpat, ngomongin orang (gibah).
Otomatis sebulan berpuasa berarti membersihkan jiwa dari karakter-karakter negatif irihati, dengki, sombong, pemarah dan berlapar-lapar dan haus di siang hari mengajarkan kesederhanaan. Ditambah istigfar dan segala ibadah sholat malam niscya akan menjadikan seorang menjadi pribadi yang meningkat ketakwaannya.
Masih terkait konsumsi makan yang berlebih ini, da satu ayat yang berbunyi : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al A’raf: 31).
Imam Ahmad meriwayatkan dari al-Miqdam bin Ma’dikarib al-Kindi, ia mengatakan: “Aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Tidaklah seorang hamba memenuhi wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah manusia memakan makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika ia harus melakukannya lebih dari itu, maka hendaklah ia menjadikannya sepertiga untuk makanan, yang sepertiganya untuk minuman, dan yang sepertiganya lagi untuk nafasnya.”