eramuslim.com – Pengamat Kebijakan Publik, Gigin Praginanto, memberikan komentar tajam terkait masuknya Presiden ke-7 Indonesia, Jokowi, dalam daftar pejabat paling korup oleh sebuah lembaga internasional.
Dikatakan Gigin, penilaian tersebut bukanlah hasil rekayasa atau fitnah, tetapi murni berdasarkan data dan fakta.
“Tak ada berita yang menjelekkan Jokowi oleh media asing. Mereka cuma membuat berita apa adanya,” ujar Gigin dalam keterangannya di aplikasi X @giginpraginanto (6/1/2025).
Gigin menjelaskan bahwa lembaga yang memberikan gelar tersebut adalah lembaga kredibel dengan reputasi internasional, yang sering memberikan penghargaan kelas dunia.
“Mereka tak mau memoles kejahatan menjadi kebaikan atau sebaliknya,” ucapnya.
Kata Gigin, kredibilitas lembaga tersebut jauh lebih terjamin dibandingkan opini-opini lokal yang sering kali memiliki agenda politik tertentu.
“Yang memberi Jokowi gelar tokoh paling korup lembaga berkelas dunia dengan berbagai penghargaan,” sebutnya.
Namun, Gigin juga menyoroti para pembela Jokowi yang ia sebut sebagai “begundal politik lokal.”
“Pembelanya para begundal politik lokal yang sudah lama hidup dari uang receh junjungannya,” tandasnya.
Ia menyebut mereka hanya mencari keuntungan kecil dari pembelaan terhadap sang mantan presiden.
“Ibarat emas versus besi rongsokan,” kuncinya.
Sebelumnya, setelah Jokowi dinobatkan sebagai salah satu pejabat paling korup di dunia oleh OCCRP, berbagai tokoh publik dan pendukungnya berlomba-lomba membela.
Setelah Arief Poyuono (Gerindra), Irma Suryani (NasDem), dan Muhammad Romahurmuziy (PPP), kini giliran Ketua Biro Ideologi dan Kaderisasi DPW PSI Bali, Dedy Nur, yang angkat bicara.
Selain Jokowi, terdapat lima pemimpin dunia yang masuk dalam nominasi tersebut.
Di antaranya, Presiden Kenya William Ruto, Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu, Mantan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, hingga pebisnis India Gautam Adani.
Sementara di urutan pertama adalah Presiden Suriah Bashar al-Assad yang kini lari ke Rusia.
Sekadar diketahui, OCCRP merupakan organisasi jurnalisme investigasi dunia yang fokus pada isu korupsi dan kejahatan terorganisasi.
Menurut Dedy, tuduhan ini adalah bagian dari konsekuensi atas kecanggihan Jokowi dalam berpolitik.
“Jokowi memang politisi canggih, itulah mengapa serangan roket jenis fitnah, hoax dan informasi palsu selalu datang silih berganti,” ujar Dedy dalam keterangannya di aplikasi X @DedynurPalakka (2/1/2025).
Blak-blakan, Dedy mengatakan bahwa serangan yang bertubi-tubi ke arah Jokowi merupakan buntut dari efek kecanggihan dirinya.
“Itu semua adalah efek samping dari kecanggihan beliau dalam berpolitik. Ini terlepas dari sentimen suka atau tidak suka, karena fakta canggih itu tidak berpihak ia faktual,” sebutnya.
Dedy menilai serangan tersebut tidak lebih dari tuduhan palsu yang sulit dibuktikan.
“Ini namanya tuduhan palsu, karena uang itu ada dimana-mana, bukan hanya ada dalam angan-angan,” cetusnya.
Dedy juga menyoroti bahwa banyak istilah negatif yang terlanjur menempel pada Jokowi di mata publik.
“Silakan saja buktikan bahwa tuduhan dari lembaga Internasional itu benar, jika tidak pun artinya label, cap, dan beragam istilah yang dialamatkan ke Jokowi sudah terlanjur menempel dalam kesadaran banyak orang,” tandasnya.
Namun, Dedy mengajak publik untuk mencermati reaksi Jokowi terhadap tudingan tersebut.
“Tapi, yang penting kita baca adalah reaksi orang yang kena tuding, apakah dia panik atau malah terpantau bodo amat dengan semua tuduhan itu,” kuncinya.
(Sumber: Fajar)